Kuat Dalam Gerakan Sosial, Semangat Beramal Muhammadiyah Mirip dengan Etos Protestianisme

MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Dari pembacaan sejarah yang dilakukan, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu’ti menilai jika kelahiran Persyarikatan Muhammadiyah lebih nampak sebagai gerakan sosial, dibandingkan gerakan agama.

Dengan semangat membumikan nilai-nilai Alquran, gerakan Muhammadiyah generasi awal kata Mu’ti banyak menjawab persoalan sosial di berbagai daerah yang telah dijangkau oleh pegiat Persyarikatan.

“Ke mana saja ada persoalan sosial, di situ Muhammadiyah memberikan perhatian yang setulus-tulusnya. Karena itu maka DNA-nya Muhammadiyah adalah gerakan sosial, ada yang menyebut default-nya Muhammadiyah itu adalah gerakan sosial,” jelasnya.

Dalam peluncuran program Comma (Collaborative Muhammadiyah) Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial (MPKS) Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (9/12), Mu’ti menyebut gerakan sosial yang dilakukan Muhammadiyah berbeda dengan gerakan serupa yang dilakukan oleh organisasi lain.

Gerakan sosial Muhammadiyah menurutnya lebih substantif dan berperspektif luas sehingga bantuan yang diberikan memberi efek jangka panjang, bukan sekadar santunan karena belas kasihan semata. Sentuhan sosial Muhammadiyah kata dia membenahi mindset dan memberi kemampuan hidup (lifeskill).

“Di situlah kita memahami bagaimana Alquran itu oleh Kiai Ahmad Dahlan menjadi referensi teologis untuk kita ini menolong sesama, tapi kemudian cara menolongnya itu tidak dalam bentuk belas kasihan yang orang itu menekankan pada aspek charity tetapi pada aspek bagaimana mereka ini punya kemandirian untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri,” ungkap Mu’ti.

Dilandasi oleh Surat Ali Imran ayat 104 dan Surat Al-Ma’un, warga Persyarikatan menurutnya memiliki etos untuk bekerja keras, berderma dan beramal saleh yang tinggi. Karakter ini kata Mu’ti mirip dengan etos gerakan keagamaan Protestan.

“Jadi kalau kita itu punya banyak rezeki, kita tabung. Tetapi yang kita tabung itu kemudian kita share kepada yang lain. Itulah prinsip yang menjadi bagian dari teologi dasar Muhammadiyah yang sebagian menyebut dengan etos Protestianisme Muhammadiyah. Mohon maaf kalau pakai istilah Protestan ya, karena di antara ciri orang Muhammadiyah itu berakidah Islam yang murni kemudian hidup sederhana dan banyak berderma,” imbuhnya.

Karena etos itu, Mu’ti mengaku tidak heran ketika MPKS PP Muhammadiyah memperkirakan biaya pelayanan kepada anak-anak di panti asuhan dalam setahun bisa mencapai angka kasar Rp1,6 Triliun.

“Itu yang saya kira menjadi kekuatan Muhammadiyah selama ini. Sebagai sebuah gerakan sosial, Muhammadiyah adalah gerakan yang punya kepedulian yang sangat tinggi untuk bagaimana kita ini senantiasa berbagi,” ucapnya.

Terkait peluncuran program crowdfunding Commafund.id, Mu’ti memuji terobosan MPKS. Pasalnya, metode pengumpulan donasi dengan teknologi seperti ini nampak elegan, sekaligus menjaga marwah Islam.

”Inilah yang menjadi bagian dari kepribadian Muhammadiyah dan gerakan ini (Comma) menawarkan sebuah solusi betapa menghimpun dana untuk orang-orang yang lemah itu tidak harus dengan, mohon maaf dengan segala hormat tanpa bermaksud merendahkan, tidak harus mengedarkan kaleng di pinggir jalan, tidak harus menampilkan diri dengan kepapaan yang membuat orang itu merasa kita iba karena itu bukan cara yang menunjukkan bahwa Islam itu sebagai sebuah kekuatan,” kesannya. (afn)

Hits: 0