MUHAMMADIYAH.OR.ID, MATARAM – Buka Rakornas Forum Pimpinan Bidang Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) Perguruan Tinggi Muhammadiyah-’Aisyiyah (PTMA), Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Irwan Akib sebut AIK merupakan ruh dari pendidikan Muhammadiyah jangan dianaktirikan.
Dalam acara yang digelar pada Senin (19/8) di Universitas Muhammadiyah Mataram (Ummat) tersebut Irwan Akib menyampaikan, sebagai ruh pendidikan Muhammadiyah di PTMA disebut sebagai AIK, sementara di sekolah disebut ISMUBA (Al Islam, Kemuhammadiyahan, dan Bahasa Arab).
“Al Islam Kemuhammadiyahan sesungguhnya ini ruh bagi perguruan tinggi, bukan hanya itu tapi juga ruhnya pendidikan Muhammadiyah – termasuk sekolah,” ungkapnya.
Di sisi lain, adanya Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) termasuk bidang pendidikan sebagai upaya untuk mencapai tujuan Muhammadiyah. Oleh karena itu, keberadaan AUM pendidikan memegang peran strategis dalam pengembangan dakwah Muhammadiyah.
Berkaca dari kenyataan tersebut, Irwan Akib menyetujui adanya pimpinan bidang AIK di PTMA. Dalam hierarki kepemimpinan sebuah PTMA, wakil rektor 1 dan seterusnya menurutnya itu bukan urutan prioritas, melainkan sebuah penamaan untuk menghindari kerancuan.
“Al Islam dan Kemuhammadiyahan sebagai ruhnya, nafasnya lembaga pendidikan Muhammadiyah itu menjadi hal yang sangat penting. Sehingga ini tidak boleh dianaktirikan, bahkan kita melihat fungsi BPH itu untuk penguatan AIK,” imbuhnya.
Ketua PP Muhammadiyah Bidang Pendidikan, Seni, dan Budaya ini berharap AIK tidak sebatas mata kuliah, namun harus hidup dan tercermin dalam setiap ruh dan nafas lembaga pendidikan, juga bagi para mahasiswa atau peserta didik. Sehingga luaran dari PTMA berbeda.
Muatan AIK yang didapatkan oleh mahasiswa diharapkan menjadi pembeda dengan yang lain – boleh perguruan tinggi lain memiliki fakultas kedokteran dan lain sebagainya, namun karena terdapat AIK di PTMA, maka lulusan harus memiliki perbedaan yang lebih unggul dibanding lulusan perguruan tinggi lain.
Oleh karena itu pada kesempatan ini Irwan Akib menekankan supaya AIK dikawal dengan serius, supaya PTMA menghasilkan lulusan yang berbeda keunggulannya dibandingkan yang lain. Sebab jika tidak dilakukan dengan serius dikhawatirkan PTMA akan kalah dibanding yang lain.
Tidak main-main atas yang disampaikan, Irwan juga mendorong jurusan khusus pendidikan AIK di sekolah pasca PTMA. Sehingga AIK tidak lagi diampuh oleh dosen pendidikan agama yang umum, lulusan dari situ diharapkan akan menjadi dosen di PTMA dan pendidik di sekolah-sekolah Muhammadiyah.
“Saya kira itu penting bagaimana untuk mengawal perkembangan AIK ini, sehingga cerminannya kita itu mereka lahir sebagai dosen AIK. Warnanya warna AIK, bukan warna pendidikan agama secara umum,” tegasnya.
Usaha tersebut menurut Irwan sekaligus untuk mengawal paham keagamaan sesuai dengan pandangan yang dimiliki oleh Muhammadiyah. Sebab saat ini tidak sedikit mahasiswa, bahkan dosen di PTMA yang terjangkiti oleh paham keagamaan yang tidak sesuai dengan Muhammadiyah.