MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) harus menjadi arus utama bagi pendidikan anak, termasuk kepada anak-anak difabel yang kerap terabaikan HKSR-nya.
Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Tri Hastuti Nur Rochimah dalam kegiatan Training of Trainer (ToT) HKSR Remaja Disabilitas bagi Guru pada 19-20 Agustus 2024, diikuti oleh 16 guru Sekolah Luar Biasa (SLB) serta 6 Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA).
“Pendidikan HKSR seringkali terabaikan untuk anak disabilitas termasuk anak-anak kita yang bersekolah di SLB,” katanya.
Tri yang juga merupakan Koordinator Program Inklusi ‘Aisyiyah menyebut kegiatan ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam mendorong pemberian hak pengetahuan atas kesehatan seksual dan reproduksi bagi remaja dengan disabilitas yang masih terabaikan.
“Padahal anak-anak ini mempunyai hak yang sama terkait HKSR agar mampu beradaptasi, memahami dan mengelola tubuh mereka sendiri, termasuk untuk menghindari kekerasan seksual,” ucapnya.
Padahal disebut Tri, jumlah remaja di Indonesia mencapai 45,5 juta jiwa (10-19 tahun) termasuk remaja disabilitas atau sama sekali bukan jumlah yang sedikit di antara populasi penduduk Indonesia.
Namun demikian, perhatian pada kelompok remaja yang sedang mengalami fase bertumbuh dan berkembang menemukan identitas dirinya ini masih belum banyak diberikan.
Oleh karena itu Tri mendorong para pimpinan ‘Aisyiyah Muhammadiyah, baik secara pribadi maupun secara organisasi untuk menjadi penggerak dan pelaku sejarah yang memastikan hak bagi semua termasuk hak atas kesehatan seksual dan reproduksi bagi anak dengan disabilitas.
“Terlebih anak dengan keragaman disabilitas ini butuh pendekatan yang berbeda yang harus dimulai dari sinergi bersama antara pimpinan organisasi, sekolah, guru, orang tua sehingga kita mampu mendampingi anak terkait HKSR,” terang Tri.
Lebih lanjut, Tri mendorong para guru yang hadir di pelatihan kali ini untuk dapat menularkan pengetahuan yang didapat dengan sekolah masing-masing, berbagi ilmu dengan guru-guru lainnya, serta dapat menerapkan kepada murid-murid didiknya.
Selain itu, PDA juga diharapkan dapat berkoordinasi dengan SLB lain di daerah masing-masing untuk dapat menerapkan pendidikan HKSR bagi disabilitas ini.
Acara dilanjutkan dengan sesi fasilitasi yang bekerjasama dengan Yayasan Gemilang Sehat Indonesia dan SLB Muhammadiyah Jombang yang telah memiliki praktik baik dalam edukasi HKSR bagi remaja disabilitas. (Suri&A’n)