Anak Buruh

banner 468x60

Lahir di negeri antah-berantah
Dilabuhkan di Grissee
Bukan terdampar
Aroma laut telah berkawan peluh bercucur
Berkawan Bau ketiak
Di antara Kuli angkut hasil laut yang berteriak

Gadis kecil berdiri di balik jeruji pagar sekolah
Menghabiskan waktu istiharat melepas Lelah
Menatap nanar pada perempuan paruh baya
penjaja makanan asing baginya

“Cak, simping, Cak?
Yuk, dak simping ta?”
“kirim nyang Sang Omah, yo… koyok biasa e!”

Pekiknya membuat anak-anak kecil berhambur
Rela jongkok di depan ember hitam kusam
Cuil dibagian pinggirnya

Riuh

Merelakan tiap lembar uang kumal berbau apek dalam sakunya
Ditukar keping demi keping simping

Gadis kecil itu merogoh uang lusuh dalam saku
Menatap sejenak pada lembar terakhir milikinya hari itu
Lalu beralih pandang pada kerumunan temannya yang asyik membuka cangkang simping

Uang untuk ongkos pulang atau dibelikan simping

Bimbang

Esok belum tentu penjaja simping itu datang lagi
Ombak tak bisa ditebak
Laut tak bisa membimbing jala
Nelayan tak tau apa yang akan tersangkut

Esok pun belum tentu gadis itu diberi uang
Tanggal tua kata ibunya

Namun, satu yang pasti
Jika hari ini gadis itu tak punya uang,
Dia tak kan bisa pulang
Karena ayahnya yang buruh itu,
Sibuk kerja lembur hingg akhir bulan

Gadis itu balik badan
Meninggalkan rasa penasaran
Demi menjumpai kenyataan

Penulis :
Yusnita Larashati, S.S.
Surabaya, 28 Maret
Bendahara 1 Dewan Kebudayaan Gresik dan Ruang Sastra

Author

Berita Yang lain