Muhammadiyah • May 02 2023 • 27 Dilihat
MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURABAYA — Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir tegaskan bahwa setiap Perguruan Tinggi Muhammadiyah-‘Aisyiyah (PTMA) berusaha mendirikan fakultas maupun prodi kesehatan merupakan usaha Muhammadiyah memberi solusi atas masalah rendahnya jumlah dokter yang dihadapi oleh bangsa Indonesia.
Menghadapi rendahnya jumlah dokter di Indonesia, Haedar berpesan kepada pemerintah supaya tidak menempuh jalan solusi yang instan dengan melakukan impor dokter dari luar negeri. Bukan anti asing, tapi Muhammadiyah melalui berbagai pendirian fakultas maupun prodi kesehatan adalah untuk kemandirian Indonesia.
Demikian disampaikan Haedar pada, Selasa (2/5) di acara Halal Bihalal dan Launching Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) UMSurabaya. Haedar menyebutkan bahwa salah satu masalah besar yang dihadapi oleh Indonesia bidang kesehatan adalah rendahnya jumlah dokter, lebih-lebih dokter spesialis.
“Indonesia masih mengalami kekurangan dokter, Indonesia masih kekurangan dokter spesialis.” Kata Haedar merujuk data yang disampaikan oleh Menkes, Budi Gunadi Sadikin.
Dalam angka ideal, seharusnya 1 dokter untuk 1000 masyarakat. Namun data saat ini dokter Indonesia hanya berjumlah 0,47. Khususnya untuk dokter spesialis, imbuhnya, Indonesia mengalami kekurangan 30 ribu. Untuk memenuhi kekurangan tersebut dibutuhkan waktu 10 tahun. Oleh karena itu dirinya mendorong ada langkah bersama untuk mencari solusinya.
Muhammadiyah memberi solusi dengan menambah jumlah dokter Indonesia yang timpang menjadi ideal melalui pendirian fakultas maupun prodi kesehatan. Seperti yang dilakukan oleh UMSurabaya dengan mendirikan FKG. Meski mengejar ketertinggalan, namun Muhammadiyah dalam mendirikan fakultas kesehatan bukan dengan cara yang instan.
“Tetap hal-hal pokok harus kita penuhi, tetapi kita terus berpacu jangan sampai nanti seperti dalam bidang lain kita lalu mengambil jalan pintas.” Ungkapnya.
Jalan pintas yang dimaksud oleh Haedar adalah dengan melakukan impor, seperti kebiasaan di bidang lain impor beras, garam dan lain sebagainya. Dia mewanti-wanti jangan sampai Indonesia mengambil jalan pintas dengan mengimpor dokter, lebih-lebih dokter spesialis dari negeri tetangga atau asing.
“Bukan anti asing, tetapi kapan kita bisa bisa betul-betul mandiri sebagai bagian dari hak kemerdekaan kita setelah Indonesia merdeka.” Ungkapnya.
Masalah lain bidang kesehatan yang dihadapi oleh Indonesia adalah munculnya penyakit lain yang dialami oleh masyarakat bawah. Masalah kesehatan komunitas perlu menghadirkan kebijakan pemerintah dan ormas dengan berbagai program kesehatan bisa fokus membangun kesehatan komunitas.
“Dan Muhammadiyah-‘Aisyiyah kuat di situ karena selain punya rumah sakit, klinik, balai kesehatan dan lain sebagainya, kita punya jaringan sampai di bawah ke seluruh tanah air yang jika bekerja sama dengan baik dengan pemerintahan akan ada langkah lebih cepat untuk mengatasi problem kemiskinan, sekaligus problem kesehatan masyarakat.” Tutur Haedar.
Hits: 11
sumber berita ini dari muhammadiyah.or.id
muhammadiyah.or.id adalah website resmi persyarikatan Muhammadiyah. Dan dikelolah oleh PP Muhammadiyah
View all postsmuhammadiyah.or.id adalah website resmi persyarikatan Muhammadiyah. Dan dikelolah oleh PP Muhammadiyah
MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA—Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ahmad Dahlan Rais, menekankan pen...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA—Universitas Muhammadiyah Surakarta menjadi saksi berkumpulnya sekita...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) harus menjadi arus ut...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, KENDARI – Evangelis (Ev) Munfaridah dari Majelis Gereja Kebangunan Kalam Allah...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Manhaj Tarjih Muhammadiyah dirancang untuk menjaga relevansi dan ...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA — Dalam wawancara yang disiarkan pada Sabtu (24/08) di acara ROSI, Kom...
No comments yet.