Breaking News
Categories
  • #muktamar muhammadiyah aisyiyah 48
  • Acara
  • Berita Organisasi
  • Berita Sekolah
  • Cerpen
  • Featured
  • Gerak
  • Kabar
  • Kegiatan Mahasiswa
  • Kegiatan Sekolah
  • Keislaman
  • Muhammadiyah News Network
  • Muhammadiyah or id
  • Palestina
  • Pendidikan dan Pelatihan
  • Politik
  • PWMU CO
  • Resensi buku
  • Srawung Sastra
  • Tarjih
  • TVMU
  • Uncategorized
  • Video
  • wawasan
  • Bagi Negara Pancasila, Tugas Negara Adalah Memfasilitasi, Bukan Menentukan Cara Peribadatan

    May 04 202325 Dilihat

    MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Polemik penentuan 1 Syawal yang mengakibatkan fitnah terhadap Muhammadiyah pada Ramadan 1444 H kemarin adalah potensi yang telah dipetakan oleh Persyarikatan Muhammadiyah jauh-jauh hari.

    Menurut Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti, fitnah bahwa Muhammadiyah tidak taat pemerintah merupakan ekses dari apa yang dinamakan sebagai Rezimentasi Paham Agama. Catatan Muhammadiyah terhadap isu ini telah disertakan pada pembahasan Sidang Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Surakarta tahun 2022. 

    “Ada catatan penting ketika kami menyampaikan keputusan Muktamar tentang fenomena Rezimentasi Paham Agama, di mana ada upaya yang sangat sistematis supaya paham agama tertentu diformalkan atau diformalisasikan sebagai paham negara, misalnya rukyatul hilal,” kata Mu’ti dalam Silaturahim Idulfitri 1444 H Keluarga Besar Muhammadiyah di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Jakarta Pusat, Rabu (3/5).

    Kritik Muhammadiyah terhadap isu ini disebabkan konsistensi Muhammadiyah menjaga UUD 1945. Isu Rezimentasi, menurut Mu’ti merusak konstruksi bentuk Indonesia sebagai Negara Pancasila, yakni negara yang berdiri di atas semua golongan tanpa kecuali.

    “Karena persoalan awal Ramadan, 1 Syawal dan 10 Zulhijah adalah wilayah ibadah mahdah, yang karena itu maka negara atau pemerintah tidak punya kewenangan sampai ke sana. Kewajiban pemerintah sebagai penyelenggara negara adalah menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk suatu agama dan beribadah sesuai kepercayaannya itu. Sebab Indonesia sebagai Negara Pancasila tentu berbeda dengan Saudi Arabia, juga dengan Malaysia (yang menentukan mazhab fikih tertentu dalam tata negara),” jelas Mu’ti.

    “Sedangkan Indonesia adalah Negara Pancasila yang berdiri di atas semua kelompok sehingga upaya menetapkan Idulfitri dengan keputusan pemerintah itu menjadi keputusan politik yang seharusnya tidak dilakukan oleh negara. Sehingga kecenderungan-kecenderungan seperti ini menurut saya adalah realitas politik yang dalam jangka panjang akan terus menguras energi kita,” imbuhnya.

    Sebagai kritik membangun, Profesor UIN Syarif Hidayatullah ini pun berpendapat bahwa dalam posisi Negara Pancasila, pemerintah selayaknya hanya menetapkan libur hari raya saja. Sedangkan untuk penetapan hari suci atau hari besar agama, diserahkan kepada masing-masing kelompok agama.

    “Yang kami pikirkan pemerintah menetapkan libur hari rayanya saja, soal hari rayanya kapan, serahkan pada masing-masing pemeluk agama daripada menetapkan dan tidak diikuti, sehingga ada kesan yang tidak ikut itu seperti melawan pemerintah,” singgungnya.

    Terkait perbedaan Idulfitri di internal umat Islam pun kata dia bukanlah hal baru. Di masa Kiai Ahmad Dahlan hidup, telah ada perbedaan Idulfitri berdasarkan hitungan hisab dan hitungan Aboge. Sultan Hamengkubuwono yang mendapati masalah itu pun memiliki kebijaksanaan dengan memfasilitasi perayaan Idulfitri Muhammadiyah.

    “Sehingga kalau ada yang mengatakan perdebatannya baru sekarang, itu ahistoris juga. Atau ada yang mengatakan Muhammadiyah pada awalnya menggunakan rukyah, itu juga ahistoris karena perjuangan Muhammadiyah dimulai dari hisab sebagai dasar penetapan banyak hal dalam ibadah termasuk dalam penetapan awal Ramadan, Idulfitri dan Iduladha dan berbagai hal lainnya,” tegas Mu’ti. (afn)

    Hits: 0

    sumber berita ini dari muhammadiyah.or.id

    Author

    Share to

    Written by

    muhammadiyah.or.id adalah website resmi persyarikatan Muhammadiyah. Dan dikelolah oleh PP Muhammadiyah

    Related News

    Muhammadiyah Maksimalkan Wakaf dalam Sek...

    by Aug 27 2024

    MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA—Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ahmad Dahlan Rais, menekankan pen...

    Muhammadiyah Proyeksikan Kemandirian Eko...

    by Aug 27 2024

    MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA—Universitas Muhammadiyah Surakarta menjadi saksi berkumpulnya sekita...

    ‘Aisyiyah Dorong Pengarusutamaan E...

    by Aug 27 2024

    MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) harus menjadi arus ut...

    Pendidikan Inklusif Muhammadiyah Diapres...

    by Aug 27 2024

    MUHAMMADIYAH.OR.ID, KENDARI – Evangelis (Ev) Munfaridah dari Majelis Gereja Kebangunan Kalam Allah...

    Menelusuri Ragam Metode Penentuan Hukum ...

    by Aug 26 2024

    MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Manhaj Tarjih Muhammadiyah dirancang untuk menjaga relevansi dan ...

    Bukan Gedungnya, Tapi Mentalitas Kolonia...

    by Aug 26 2024

    MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA — Dalam wawancara yang disiarkan pada Sabtu (24/08) di acara ROSI, Kom...

    No comments yet.

    Sorry, the comment form is disabled for this page/article.
    back to top