Bahaya Jika Agama Hilang di Era Disrupsi

MUHAMMADIYAH.OR.ID, SAMARINDA—Muhammadiyah seakan menjadi anomali bagi dunia. Bagaimana tidak, di era disrupsi sekarang ini banyak masyarakat dunia yang semakin agnostik, akan tetapi Muhammadiyah justru menegaskan bahwa agama tidak boleh hilang atau dipinggirkan.

Hal itu tercermin dari materi Pengajian Ramadan 1443 H PP Muhammadiyah yang digelar beberapa hari lalu, yang secara spesifik mengangkat tema “Mengembangkan Religiusitas yang Mencerahkan di Era Disrupsi”.

Selaras dengan tema Pengajian Ramadan 1443 H PP Muhammadiyah tersebut, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Kalimantan Timur juga mengangkat tema yang senada di Pengajian yang dilangsungkan mulai 15 sampai 17 April 2022 secara hybrid di Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT).

Rektor UMKT, Prof. Bambang Setiadji dalam sambutannya menjelaskan bahwa tantangan Umat Islam saat ini semakin variatif. Salah satunya dilihat dari pengalaman dari berbagai Negara-negara modern yang banyak meninggalkan agama. Dia mencontohkan seperti Negara-negara di kawasan Asia Utara dan Asia Timur.

“Jepang, Korea, Cina, Taiwan dan lainnya banyak meninggalkan agama. Jadi bagaimana Muhammadiyah ini mendidik umat di era disrupsi ini jangan sampai meninggalkan agama,” sebut Bambang.

Berkaca dari keadaan masyarakat di sana yang karena tidak memiliki pegangan hidup seperti agama, Bambang berharap hal itu tidak terjadi di Indonesia.

Menurutnya, jika hal itu terjadi di Indonesia maka bisa dipastikan Negara akan rapuh, dan ketahanan mental – spiritual masyarakat juga akan lemah. Bisanya, sambung Bambang, negara-negara yang meninggalkan agama di berbagai aspek kehidupan masyarakat akan banyak mengalami frustasi sehingga meningkatkan angka bunuh diri. Kenyataan tersebut merupakan sisi lain dari bahaya disrupsi, meski tidak menutup kemungkinan sisi positifnya juga masih ada.

“Kasian rakyat. Agama itu tameng yang sangat kuat di tengah kemudahan yang ditawarkan di era ini,” kata.

Pada kesempatan ini ia berpesan kepada pemangku kebijakan supaya dalam setiap pengambilan keputusan untuk mengupayakan dengan pendekatan agama. Secara tegas ia menyebut bahwa, manfaat agama bagi Rakyat Indonesia adalah sebagai tameng untuk menghadapi masalah-masalah yang besar.

“Biasanya negara-negara dengan keagamaan yang tinggi, angka bunuh dirinya sangat rendah. Itu sangat penting untuk ketahanan selama krisis, mendidik rakyat tahan terhadap krisis dan krisis itu pasti terulang,” pungkasnya.

klik sumber berita ini

Author

Vinkmag ad

Read Previous

Pendidikan Politik Perempuan, Aisyiyah Menatap Parlemen

Read Next

Seminar Manajemen Masjid MUI Sumut, Ini Sepuluh Rekomendasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Most Popular