Muhammadiyah • Aug 26 2024 • 127 Dilihat
MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA — Dalam wawancara yang disiarkan pada Sabtu (24/08) di acara ROSI, Kompas TV, M. Amin Abdullah, seorang cendekiawan Muslim terkemuka, menekankan bahwa kolonialisme tidak semata-mata tentang fisik, tetapi lebih pada mentalitas yang tertanam dalam pikiran dan tindakan.
Ketua Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam 1995-2000 ini mengatakan bahwa meskipun Indonesia telah merdeka secara fisik, masih ada risiko tergelincir ke dalam kolonialisme jika mentalitas yang represif, intimidatif, dan tidak berpihak pada rakyat masih dipertahankan.
“Kolonialisme tidak harus bermakna fisik, kolonial yang harus ditinggalkan adalah mentalitas. Cara berpikir yag tidak berpihak pada rakyat, tetapi represif dan intimidatif, itulah kolonial yang sesungguhnya,” ucap Amin.
Amin Abdullah menyatakan bahwa kolonialisme sejati terdapat pada watak dan karakter yang mengedepankan penindasan dan diskriminasi. “Itulah yang harus ditinggalkan,” tegasnya. Ia menambahkan bahwa jika bangsa ini, setelah merdeka, masih tergelincir ke pola pikir kolonial, maka itu harus dikoreksi.
“Kalau kita setelah merdeka tergelincir ke situ (kolonialisme) itu yang harus dikoreksi. Kolonialisme sejatinya ada pada watak, karakter, dan harus ditinggalkan,” tutur Amin.
Ketika Rosianna Silalahi, pembawa acara ROSI, menanyakan apakah gedung-gedung yang berbau kolonialisme mesti ditinggalkan, Amin Abdullah menjelaskan bahwa gedung hanyalah sebuah fisik yang merupakan bagian dari proses sejarah bangsa Indonesia.
“Bahwa kita pernah di bawah penjajah kolonialisme, yes, itu adalah bagian dari kita,” ujarnya. Namun, ia juga menekankan bahwa ada sistem-sistem peninggalan kolonial yang positif, seperti pendidikan dan penelitian, yang patut diteruskan karena memiliki manfaat besar.
Amin Abdullah berpendapat bahwa sejarah harus dilihat dengan adil. Meskipun sistem perbankan dan sekolah merupakan warisan kolonial, ia menegaskan bahwa hal itu perlu dipertahankan karena terbukti bagus dan bermanfaat.
“Kolonialisme yang bermakna mentality, itu yang memang mesti dienyahkan,” jelasnya, merujuk pada aspek-aspek yang negatif seperti intimidasi, represi, dan diskriminasi dalam berbagai bidang seperti agama, ekonomi, dan budaya.
Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa jika gedung istana yang sekarang, yang merupakan bekas kolonial, ditinggalkan dan digantikan dengan tempat baru, maka gedung tersebut akan menjadi cagar budaya yang tidak boleh dibongkar. Amin Abdullah menegaskan pentingnya menghargai sejarah sambil menghilangkan mentalitas kolonial yang negatif, serta mengadopsi aspek-aspek positif yang dapat memberikan manfaat bagi bangsa.
sumber berita ini dari muhammadiyah.or.id
muhammadiyah.or.id adalah website resmi persyarikatan Muhammadiyah. Dan dikelolah oleh PP Muhammadiyah
View all postsmuhammadiyah.or.id adalah website resmi persyarikatan Muhammadiyah. Dan dikelolah oleh PP Muhammadiyah
MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA—Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ahmad Dahlan Rais, menekankan pen...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA—Universitas Muhammadiyah Surakarta menjadi saksi berkumpulnya sekita...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) harus menjadi arus ut...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, KENDARI – Evangelis (Ev) Munfaridah dari Majelis Gereja Kebangunan Kalam Allah...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Manhaj Tarjih Muhammadiyah dirancang untuk menjaga relevansi dan ...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Kantor Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Yogyakarta menerima kunju...
No comments yet.