Thursday, November 21, 2024
26.1 C
Gresik

Gagasan Awalnya Ditertawakan, Kini RS dan Kampus Muhammadiyah Berkembang Pesat

MUHAMMADIYAH.OR.ID, PEKANBARU – Persyarikatan Muhammadiyah saat ini sudah memiliki 122 Rumah Sakit Muhammadiyah-’Aisyiyah, dan 400 an klinik kesehatan. Meski saat ini berkembang pesat, tapi gagasan awalnya ditertawakan.

Hal itu diungkapkan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir pada Senin (24/6) di Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI), di Pekanbaru.

Menceritakan sejarah cita-cita Kiai Sudja’, Ketua Bagian PKO saat itu untuk mendirikan pelayanan kesehatan atau rumah sakit, Haedar menyampaikan, cita-cita itu pertama kali disampaikan ke muka publik pada 1920 saat Sidang Tahunan dan ditertawakan.

“Cita-cita itu ditertawakan, bagaimana mungkin Muhammadiyah bisa mendirikan seperti itu (rumah sakit), karena yang bisa mendirikan itu Pemerintah Kolonial. Biarpun ditertawakan, tetapi Kiai Sudja’ tetap yakin,” ungkap Haedar.

Tidak hanya itu, pada tahun yang sama Kiai Hisyam yang saat itu menjabat sebagai Ketua Bagian Sekolah juga menyampaikan gagasan untuk mendirikan sekolah dan universitas yang megah, tapi juga ditertawakan.

“Ini lebih ditertawakan lagi, bagaimana mungkin saat itu umat Islam bisa mendirikan universitas yang megah lagi. Gagasan itu mahal biarpun baru di kemudian hari kita baru bisa mewujudkan,” kata Haedar.

Gagasan besar mendirikan sekolah dan universitas ini tak kalah ditertawakannya seperti cita-cita mendirikan rumah sakit, sebab saat itu umat Islam masih tertinggal dan yang dianggap mampu untuk merealisasikan itu hanyalah Pemerintah Kolonial.

Gagasan itu memang mahal, kata Haedar, tidak serta merta langsung bisa direalisasikan saat itu juga. Akan tetapi kemudian waktu yang menjawab, Persyarikatan Muhammadiyah menjadi organisasi Islam terbesar di dunia yang memiliki ratusan rumah sakit dan perguruan tinggi.

Lahirnya berbagai amal usaha tersebut dibidani oleh nilai-nilai pembaharuan yang dipedomani oleh Muhammadiyah, yang menurut Prof. Mukti Ali itu menjadi pembeda antara Muhammadiyah dengan gerakan pembaharuan Islam yang lain.

“Yang dulu itu lebih bersifat revivalisme Islam, Muhammadiyah bergerak menjadi modernisme Islam,” ungkap Haedar.

Merujuk Prof. Mukti Ali, Haedar menyebut perbedaan Muhammadiyah dengan yang lain dalam sisi gerakan praksis adalah Muhammadiyah mampu melahirkan gerakan perempuan dan institusi modern Islam, sementara yang lain belum ada.

sumber berita ini dari muhammadiyah.or.id

Author

Hot this week

Topics

spot_img

Related Articles