MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA— Seminar Nasional Sosialisasi Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) kembali diselenggarakan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. Untuk putaran ketiga, seminar ini menggandeng Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dan berlangsung pada Jumat hingga Sabtu (5-6/01) di Amphitarium Fakultas Kedokteran UAD, Yogyakarta.
Acara pembukaan digelar pada Jumat (5/1) pagi dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk Syamsul Anwar, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dalam sambutannya, Syamsul Anwar menyampaikan bahwa ini merupakan kali ketiga seminar ini diselenggarakan, sebelumnya di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Medan dan Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT) Nusa Tenggara Barat.
Syamsul Anwar menyampaikan terima kasih kepada UAD atas kolaborasinya dalam menyelenggarakan acara ini. Ia juga menyoroti sejarah ide penyatuan kalender hijriah global, yang bermula pada tahun 1939 dan mencapai titik penting pada tahun 2008 dengan konferensi Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Hasilnya diadopsi oleh Muhammadiyah setelah Muktamar Kalender Hijriah di Turki.
Dalam pidatonya, Syamsul Anwar menegaskan bahwa pimpinan dan warga Muhammadiyah perlu memahami persoalan KHGT ini. Meskipun tidak perlu menghitung secara detail karena sudah ada ahlinya, pemahaman dasar dan kemampuan untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat dianggap penting.
Dengan sedikit humor, Syamsul Anwar menyatakan bahwa meskipun tidak pandai menghitung, namun karena sering kali ditanya oleh orang-orang, maka perlu adanya upaya belajar untuk memahami konsep KHGT.
“Saya juga tidak pandai menghitung, tapi karena hampir tiap tahun ditanya orang, bahkan sampai mimpi pun mimpi ilmu falak, maka perlu belajar untuk memahami,” ucapnya.
Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Hamim Ilyas, dalam sambutannya menyoroti tujuan khusus dari Seminar Nasional Sosialisasi KHGT kali ini. Hamim menyebutkan bahwa seminar ini diadakan khusus untuk para pegiat Majelis Tarjih dan Tajdid Wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan D.I. Yogyakarta.
Hamim menekankan bahwa seminar ini bukan hanya sekadar pertemuan akademis, tetapi juga merupakan bagian dari jihad untuk menegakkan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT). Ia menggambarkan perjuangan ini sebagai sebuah tugas berat. Meskipun menghadapi kritik dan perdebatan internal, Hamim menjelaskan bahwa Muhammadiyah tetap istikamah dalam semangat pembaharuan (tajdid).
Proses perubahan dari wujudul hilal ke KHGT, menurutnya, bukanlah sesuatu yang menggantikan hukum-hukum sebelumnya (nasikh-mansukh), tetapi lebih merupakan kebertahapan atau tadarruj. Hamim memberikan contoh dengan menyebut pengharaman khamr, yang bukanlah suatu bentuk penggantian hukum, tetapi lebih sebagai sebuah evolusi hukum dari waktu ke waktu.
Visits: 1