Sunday, November 3, 2024
27.2 C
Gresik

Melihat Konteks Hadis Nabi Saw Tentang Ihsan

MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA — Secara bahasa, Ihsan berasal dari hasuna yang berarti baik atau bagus. Sederhananya, Ihsan atau berbuat baik seringkali dipahami sebagai perbuatan seseorang untuk melakukan aktivitas yang ma’ruf dan menahan diri dari dosa. Perbuatan-perbuatan ihsan yang sering dicontohkan seperti menolong orang lain, berbuat baik kepada orang tua, ikhlas membantu tetangga dan lain sebagainya.

Menurut Sukidi, definisi ihsan secara bahasa ini berbeda dengan Hadis Nabi Saw saat dirinya didatangi dan ditanya beberapa hal oleh malaikat Jibril. Jawaban Rasulullah ketika ditanya apa itu ihsan, ia bersabda: Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Kalaupun engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu (HR. Muslim).

“Melalui hadis kita mendapatkan satu perspektif bahwa pada momen ketika Jibril datang dan bertanya kepada Muhammad, jawaban dua pertanyaan awal cukup gamblang, sementara pertanyaan ketiga yaitu tentang ihsan jawabannya unik,” tutur alumni Universitas Harvard ini dalam Pengajian Ramadan PP Muhammadiyah pada Rabu (06/04).

Definisi Ihsan pada hadis ini yang berbeda dengan arti bahasanya memberikan satu penekanan bahwa pada masa awal tradis Islam, makna itu tidak tunggal lantaran dalam satu konteks ke konteks lainnya bisa beragama. Hal ini, ucap Sukidi, memberikan satu pertanyaan misterius: mengapa makna ihsan dalam hadis Nabi ini didefinisikan terkait dengan kemampuan kita untuk melihat Tuhan?

Dalam menjawab pertanyaan tersebut, Sukidi mengatakan bahwa ucapan Nabi Saw tidak mungkin berangkat dari ruang hampa sehingga ia meletakkan teks dalam konteks yang bersifat polemik (polemical context). Dalam konteks polemik antara Muhammad dengan orang-orang Yahudi, penafsir agung dan sahabat Nabi, Ibn ‘Abbas melaporkan suatu riwayat yang mengidentifikasi bahwa Rasulullah memiliki kemampuan melihat Tuhan.

Menurut Sukidi, informasi dari Ibn ‘Abbas tentang kemampuan Rasulullah melihat Tuhan ini merupakan pembeda terhadap Nabi Musa yang berdoa agar Tuhan memperlihatkan dirinya. Meski umat Nabi Musa dan Nabi Muhammad berada dalam lingkup komunitas wahyu (community of revelation), namun dengan adanya hadis tentang ihsan dan laporan dari Ibn ‘Abbas ini, Rasulullah ingin melakukan distingsif terhadap umat sebelumnya.

“Hadis ini menurut saya ini bagian dari proyek para ahli hadis untuk mendefinisikan tentang visi kenabian Muhammad yang mampu melihat Tuhan dan ini membedakan dengan tradisi sebelumnya terutama Musa,” tutur Sukidi.

Salah satu momen Nabi Muhammad mampu melihat Tuhan saat dirinya pergi ke Sidratul Muntaha dalam peristiwa Isra Miraj. Tempat tersebut merupakan tempat bertemunya Nabi Muhammad dengan Allah untuk menerima perintah wajibnya salat lima waktu.

klik sumber berita ini

Author

Hot this week

Mahasiswa UM Bandung Haris Wahyudin Berjaya di Ajang Internasional, Sabet Gelar Best Participant IEYF 2024

BANDUNGMU.COM, Jakarta – Mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah...

Pesan Ustadz Subhan Arif: Jadikan Jabatan dan Kekuasaan untuk Kembangkan Dakwah

Girimu.com – Kajian ba’da sholt Subuh yang berlangsung di Masjid At-Taqwa...

Nasaruddin Umar: Kerukunan Beragama di Indonesia Belum Banyak Dipromosikan

BANDUNGMU.COM, Jakarta — Menteri Agama Nasaruddin Umar menyampaikan bahwa...

Sinergikan Antar-Sekolah, Muhammadiyah Gresik Inginkan Kualitas Pengelolaan Pendidikan Terus Meningkat

Girimu.com - Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) &...

UMJ Menjadi Tuan Rumah Konferensi Penyiaran Indonesia 2024

BANDUNGMU.COM, Jakarta – Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) menjadi tuan...

Topics

spot_img

Related Articles