Resensi Buku: Merawat Kader IMM Dalam Bingkai Keilmuan

banner 468x60

Merawat Kader IMM Dalam Bingkai Keilmuan

Judul : IMM Studies: Konsep dan Gerakan Menuju Akademia IMM
Penulis : Muhammad Amin Azis
Penerbit : Madrasah Digital Publisher
Cetakan : Desember 2022
Tebal : xviii + 129 hal
Peresensi : Nur Laila Oktavianingrum

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang memiliki fungsi sebagai eksponen mahasiswa dalam Muhammadiyah sebagaimana yang termaktub dalam Enam Penegasan IMM tentunya memiliki tanggungjawab untuk senantiasa melanggengkan nafas gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar dalam lingkup mahasiswa. Dalam prosesnya, tentu diperlukan kader-kader yang mumpuni untuk mewujudkan apa yang sudah menjadi cita-cita dan tujuan IMM.

Kader adalah jantung organisasi yangmana organisasi tidak dapat bergerak ketika tidak ada kader-kader kompeten yang akan menggerakan organisasi tersebut. IMM sebagai organisasi perkaderan, sudah barang tentu kaderisasi menjadi sesuatu yang harus diprioritaskan agar tercipta kader yang kompeten untuk menggerakan IMM. Buku karya Muhammad Amin Azis merupakan tanggapan atas realita yang terjadi pada IMM masa kini.
Buku ini membahas bagaimana seharusnya IMM bergerak dalam ranah organisasi, perkaderan, dan gerakan dengan bingkai keilmuan. IMM dengan tujuannya “Mengusahakan terwujudnya akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah” perlu kiranya menggunakan basis akademisi dalam mengawal atau merespon isu-isu yang ada.

Buku IMM Studies ini dilahirkan sebagai metode alternatif dalam menganalisis, memahami, dan kemudian mengevaluasi konsep dan gerakan IMM yang telah dilakukan sejak ia berdiri hingga saat ini, yang harapannya dapat dijadikan sebagai landasan atau pijakan dalam membuat kebijakan. Selain itu, keberadaan buku IMM Studies ini bertujuan untuk menjadikan nilai-nilai IMM sebagai basis ilmu yang nantinya akan diaktualisasikan
dalam gerakan. Kedua tujuan tersebut tidak terlepas dari urgensi yang ada. Pertama, IMM hari ini sedang berada dalam situasi problematis. Menyoal pada proses kaderisasi yang masih berkutat pada kuantitas atau kualitas. Padahal sejak awal berdirinya IMM, ayahanda Djazman Al-Kindi telah menegaskan bahwa IMM berorientasi pada kualitas daripada memperbanyak kuantitas kadernya. Orientasi kualitas kader dilihat pada seberapa mampu kader IMM dapat memadukan antara akidah dan akademik yang termanifestasikan dalam ketekunan dalam
studi, taat beribadah, dan mampu memberikan kebermanfaatan kepada masyarakat melalui ilmu yang dimilikinya. Kedua, dilema identitas dan gerakan. Setidaknya terdapat dua alasan yakni:

1) Kader IMM berbeda polanya dengan Muhammadiyah. Kebanyakan kader IMM menggunakan teori sosial barat sebagai alat untuk melakukan suatu kajian tanpa melihat apakah teori tersebut sesuai atau tidak untuk masyarakat Indonesia. 2) Kader IMM terkadang lupa bahwasannya mereka adalah eksponen Muhammadiyah. Ketiga, berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang menyebabkan IMM harus terus adaptif baik dalam segi kaderisasi maupun gerakan.

Penulis mengajak para kader IMM untuk merefleksikan diri berdasarkan urgensi-urgensi yang ada dengan membaca kembali Khittah IMM dan menjadikannya sebagai landasan dalam berorganisasi. Fenomena yang terjadi hari ini adalah pengabaian khittah IMM oleh kader IMM itu sendiri yang pada hakikatnya merupakan landasan dan strategi dalam melakukan gerakan serta identitas IMM sebagai penerus gerakan dakwah Muhammadiyah.

Terdapat beberapa hal yang menyebabkan kader IMM abai dengan khittah IMM. Pertama, IMM hari ini cenderung berfokus pada gerakan daripada ketahanan organisasi. AD/ART yang merupakan panduan organisasi hanya digunakan ketika kontestasi musyawarah saja, tidak sampai pada penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, pimpinan masih gagap dalam menafsirkan subjek dan objek gerakan IMM yang sebenarnya sudah termaktub dalam trilogi IMM yakni keagamaan, kemahasiswaan, dan kemasyarakatan.

Oleh karena itu, perlu kiranya menjadikan khittah IMM sebagai landasan perjuangan dengan melakukan beberapa hal sebagai berikut, 1) Gerakan kembali ke khittah. Realita yang terjadi hari ini adalah menjadikan nilai-nilai IMM hanya sebatas bahan hafalan saja.

Berangkat dari itu, perlu kiranya diadakan kajian terkait dengan nilai-nilai IMM salah satunya khittah. 2) Aktualisasi nilai menjadi gerakan. Setelah kajian terkait dengan khittah ini telah dilakukan, maka langkah berikutnya adalah mengaktualisasikan nilai dalam bentuk gerakan yakni dengan pembentukan rencana dan program strategis berjangka terkait dengan organisasi, perkaderan, dan gerakan.

Buku ini sangat baik dikonsumsi oleh para kader IMM. Selain dapat dijadikan sebagai
buku bacaan wajib bagi kader IMM, buku ini juga dapat dijadikan landasan dalam memahami
IMM dan bagaimana mengkontekstualisasikannya nilai dalam gerakan. ( Nur Laila Oktavianingrum )

sumber berita dari infomu.co

Author