CIREBONMU.COM, Yogyakarta – Serikat Usaha Muhammadiyah (SUMU) kembali menggelar Saladin Camp bertajuk “Roadmap” Nabawiyah Pembebasan Baitul Maqdis pada Senin-Ahad (23-29/09/24) di Asrama Haji Yogyakarta.
Acara Saladin Camp ini diikuti oleh berbagai kalangan, mulai dari pengusaha, akademisi, aktivis yang tersebar di seluruh Indonesia, hingga dari negara luar seperti Malaysia dan Palestina.
Ghufron Mustaqim Sekretaris Jenderal Serikat Usaha Muhammadiyah sekaligus khadim (pelayan) Saladin Camp mengatakan, selama Baitul Maqdis belum kembali ke dalam pangkuan umat Islam, tidak akan ada perusahaan-perusahaan dan orang-orang Muslim yang masuk jajaran perusahaan-perusahaan dan orang-orang terkaya di dunia.
Baca Juga : SUMU Gelar Saladin Camp Bahas “Roadmap” Nabawiyah dan Kopdar Bisnis Nasional
Saladin Camp, sambungnya, adalah camp pertama dan satu-satunya di Indonesia yang secara detail dan komprehensif membedah tentang “Roadmap” Nabawiyah yang berkaitan dengan periode-periode atau langkah-langkah yang dipraktekkan oleh Nabi dan sahabat dulu dalam membebaskan Baitul Maqdis.
“Untuk membebaskan Baitul Maqdis, tentu tidak hanya bisa dilakukan oleh satu elemen, tapi harus antar elemen, baik itu aktivis, akademisi, pemerintah, dan pengusaha harus bisa bersama-sama bersinergi untuk melakukan hal ini, jelas Ghufron.
“Saya yakin buat teman-teman yang coba besarkan usahanya, menambah karyawan, ekspansi bisnis, dan kemudian meniatkannya untuk berjuang di jalan Allah, saya yakin seribu persen insya Allah usahanya akan penuh berkah,” tambahnya.
Seperti pada Saladin Camp sebelumnya, Saladin Camp kali ini juga mengundang Prof. Dr. Abd. Al-Fattah El-Awaisi dari Inggris sebagai narasumber tunggal.
“7 hari pengusaha, akademisi, dan aktivis berkumpul belajar intensif dan interaktif bersama Prof. Dr. Abd. al-Fattah El-Awaisi,” ucap Khadim (Pelayan) Saladin Camp.
Profesor. Dr. Abd. al-Fattah El-Awaisi adalah seorang profesor internasional terkemuka dalam bidang Hubungan Internasional, Anggota Royal Historical Society – Inggris, dan Pendiri Bidang Kajian Islamic Jerusalem Bayt Al-Maqdis.
Baca Juga : Ini Program Unggulan Serikat Usaha Muhammadiyah (SUMU) Untuk Kembangkan Bisnis Anggotanya
Beliau adalah seorang Muslim Maqdisi (dari Bayt Al-Maqdis). Setelah ia dianugerahi gelar PhD pada tahun 1986 dari Universitas Exeter – Inggris, ia telah mengajar dan melakukan penelitian selama 35 tahun di universitas-universitas Arab, Inggris, Malaysia, dan Turki, di mana ia menjabat sebagai Profesor Tamu Terhormat di Universiti Utara Malaysia (UUM) selama 8 tahun (2012 – 2020); dan merupakan Profesor Hubungan Internasional di Universitas Ilmu Sosial Ankara (Turki) selama 4 tahun. (2018 – 2021). Ini adalah dua posisi akademis universitas terakhirnya sebelum pensiunnya pada 15 September 2021.
Profesor. Dr. Abd. al-Fattah El-Awaisi memiliki catatan yang sangat baik dalam publikasi penelitian baik dalam bahasa Inggris maupun Arab: 67 buku dan laporan utama, artikel di jurnal yang terakreditasi, serta bab dalam buku. Beberapa publikasinya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis, Melayu, Turki, dan Indonesia.
Ia mendorong dan mendukung perkembangan sejumlah pemikiran dan ide berbasis pengetahuan akademis melalui supervisinya terhadap 31 tesis magister di universitas-universitas Inggris, Turki, dan Malaysia; serta pemeriksaan 27 tesis PhD di universitas-universitas yang sama. Selain itu, ia berpartisipasi dan mempresentasikan makalah akademis di banyak konferensi akademik internasional.
Selain itu, Profesor Dr. Abd. al-Fattah El-Awaisi mendirikan sejumlah proyek akademik internasional dari awal, seperti Bidang Penelitian Studi Bayt Al-Maqdis Islam Jerusalem, yang didirikannya pada tahun 1994; Konferensi Akademik Internasional Tahunan tentang Studi Bayt Al-Maqdis Islamjerusalem, dimana ia telah menjabat sebagai Ketua sejak tahun 1997; dan jurnal akademik yang terakreditasi, Jurnal Studi Bayt Al-Maqdis Islamjerusalem, dimana ia telah menjabat sebagai Pemimpin Redaksi sejak tahun 1997.
Salah satu pencapaian utamanya adalah kontribusinya terhadap pengetahuan (sejumlah teori dan model) di bidang Hubungan Internasional, seperti teori geopolitiknya yang baru: Teori Lingkaran Barakah tentang Bayt Al-Maqdis di Yerusalem Islam; dan Teori Aman (Koeksistensi Damai dan Penghormatan Timbal Balik).
Baca Juga : SUMU Siap Jadikan Pengusaha Muhammadiyah Masuk Jajaran Orang Terkaya di Indonesia
Beliau menerima sejumlah penghargaan, termasuk: Penghargaan Sipil Provost Dewan Stirling untuk tahun 1999 – Inggris, Penghargaan Khusus untuk Inovasi pada tahun 2007 – Inggris; dan baru-baru ini “Penghargaan Ilmu Pengetahuan Dunia Islam Istanbul” pada tahun 2018; serta “Penghargaan Penjaga Al-Quds” pada tahun 2021.
Profesor Dr. Abd. al-Fattah El-Awaisi juga akan menjadi Profesor Magister Ilmu Politik di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Dimana UMJ akan bekerja sama dengan institute beliau mendirikan magister ilmu politik yang berkonsentrasi di politik internasional dengan penekanan pada ilmu seputar Baitul Maqdis.
Profesor Dr. Abd. al-Fattah El-Awaisi adalah seorang cendekiawan Muslim yang energik dan seorang visioner, pemimpin akademik Muslim yang berhasil dan inovatif, yang mengabdikan dan merencanakan seluruh hidupnya untuk pendidikan dan pengetahuan sebagai dasar bagi pengembangan manusia, dengan komitmen yang penuh semangat dan gigih terhadap pendidikan progresif, penelitian, dan kesejahteraan masyarakat.(CM)