Strategi 5M untuk Memperkuat Eksistensi dan Membangun Jaringan Muhammadiyah

banner 468x60

MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu’ti ungkap strategi 5M yang digunakan oleh Muhammadiyah untuk memperkuat eksistensi dan membangun jaringan.

Guru Besar Bidang Pendidikan Islam ini menjelaskan, M yang pertama adalah manhaj sebagai bagian dari paham keagamaan Muhammadiyah, karena Muhammadiyah tidak bermazhab.

Selanjutnya, M yang kedua adalah manpower  atau kekuatan sumber daya manusia. Dan M yang ketiga adalah manajemen, atau dalam istilah yang digunakan oleh Muhammadiyah adalah good government.

“Di mana pengelolaan Muhammadiyah itu sudah seperti pengelolaan negara gitu, selain ada anggaran dasar, ada anggaran rumah tangga, juga ada namanya pedoman amal usaha, pedoman ortom, dan lain-lain,” ungkap Mu’ti pada Rabu (26/6) dalam Podcast Bimas Islam TV.

Selain menerapkan good government, Muhammadiyah menurut Abdul Mu’ti juga mengembangkan clean government  atau pengelolaan organisasi yang bersih, sehingga setiap hal di Muhammadiyah itu ada auditnya.

“Itu bagian dari kita memastikan bahwa semua amanah itu dapat dipertanggungjawabkan,” imbuhnya.

Sedangkan M yang keempat adalah meritocratic, atau sistem filosofis yang didasari bahwa jabatan dapat diemban oleh siapapun berdasarkan prestasi atau keunggulan individu, sehingga dari situ di Muhammadiyah tidak ada ‘darah biru’.

“Sehingga mohon maaf di Muhammadiyah itu tidak ada darah biru, semua darahnya merah gitu. Jadi tidak orang yang yang mendapat jabatan hanya karena modal hubungan darah, tapi semuanya itu berproses,” ungkap Mu’ti.

Sistem ini juga meniscayakan akomodir peran-peran perempuan di Muhammadiyah, sehingga tidak menutup kemungkinan perempuan bisa menjabat sebagai pemimpin di Amal Usaha Muhammadiyah (AUM).

Strategi M terakhir atau yang kelima adalah mutualistic partnership atau kemitraan yang bersifat saling menguntungkan. Strategi ini memberikan keluwesan bagi Muhammadiyah untuk membangun kerja sama dengan lembaga manapun, termasuk dengan non Islam.

Terkait dengan itu, saat ini Muhammadiyah sedang serius menghadapi isu perubahan iklim, oleh karena itu Muhammadiyah membentuk Muhammadiyah Climate Center yang mitranya dari berbagai lembaga lintas iman, dan dari seluruh dunia.

“Karena kemitraan, maka tidak kita bangun relasi donor dan resipien. Kami tidak menyebut lembaga itu donor, karena kalau mereka itu donor, mereka bisa mendikte kita sebagai resipien, kita tidak mau. Tapi kita harus bermitra karena dalam banyak hal kita juga berkontribusi,” ungkap Mu’ti.

Abdul Mu’ti menyampaikan, strategi 5M ini menjadikan Muhammadiyah bisa eksis sampai lebih dari 100 tahun, serta mampu membangun jaringan di 30 negara di lima benua dan diakui secara internasional.

sumber berita ini dari muhammadiyah.or.id

Author