Sufistik: Mencari Makna di Balik Peristiwa | PWMU.CO

Syafiq A. Mughni (kanan) berama moderator Wakil Ketua PWM Jatim Nur Cholis Huda (Sugiran/PWMU.CO)

Sufistik: Mencari Makna di Balik Peristiwa; Liputan kontributor PWMU.CO Sugiran

PWMU.CO – Kajian Ramadhan 1443 Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim menghadirkan Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Syafiq A. Mughni MA PhD pada sesi diskusi pertama. 

Kajian Ramadhan ini digelar di Auditorium Gedung At-Tauhid Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya), Ahad (3/4/22). Diskusi ini mengangkat tema Hikmah di Balik Peristiwa: Perspektif Teologi dan Sejarah

Menurut Syafiq A. Mughni, sufistik bisa menjadi salah satu pendekatan untuk mencari makna di balik peristiwa. Kemudian, dia menyebutkan lima hal yang perlu diperhatikan. 

Pertama, keyakinan atas keadilan Tuhan. “Apapun yang kita alami maka di sana ada keadilan Tuhan, tidak mungkin Allah berbuat zalim kepada kita. Kepercayaan itu sangat penting agar kita tidak suudzan kepada Allah!” ungkapnya. 

Kedua, keharusan mengambil hikmah. Di masa pandemi inilah menurutnya manusia diajarkan untuk mengambil hikmah sebanyak-banyaknya. 

Ketiga, keharusan bersyukur kepada Allah. “Apa yang kita terima, maka semuanya bermanfaat. Datang dari Allah dan kewajiban kita adalah bersyukur,” tuturnya. 

Selanjutnya, Prof Syafiq juga menekankan harus bersabar. Sebab, itulah yang menjadi benteng rohani dalam menghadapi ujian. 

Kelima, keyakinan atas insyirah, bahwa setiap ada kesulitan pasti ada kemudahan. “Inna maal usri yusra,” ucapnya. 

Pembeda Manusia 

Prof Syafiq pun mengisahkan pengalaman Syaikh Abdul Qodir Jaelani. Beliau pernah kehabisan makanan dan berhari-hari tidak makan. 

“Lalu jatuh di masjid dan kemudian di masjid itu selalu membaca inna maal usri usra dan seterusnya sehingga kemudian tiba-tiba syaikh sehat kembali,” terangnya. 

Dia menyimpulkan, pada dasarnya setiap manusia mengalami hal yang sama. Ada suka dan duka. Ada nikmat juga ujian bermacam-macam. Yang membedakan adalah bagaimana menyikapinya. 

“Ada yang bersyukur. Ada juga yang kufur. Ada yang dengan itu semua menjadi baik dan ada pula menjadi jelek. Maka itulah yang membedakan orang per orang,” imbuhnya. 

Di masa pandemi, sambungnya, banyak orang menjadi khusyuk, lebih dermawan, berperikemanusiaan, dan menolong sesama. Tetapi ada juga yang semakin rakus, berbisnis dengan cara tidak sah. Menurutnya, itulah yang membedakan apakah manusia menjadi baik atau tidak. 

Baca sambungan di halaman 2: Tasawuf dalam Al-Quran dan Sunnah 

sumber berita by [pwmu.co]

Author

Vinkmag ad

Read Previous

Merawat Lingkungan Merupakan Perbuatan yang Islami

Read Next

PP Muhammadiyah Terima Kunjungan Menteri PPN

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Most Popular