Ucapan Selamat Idul Fitri, Mana yang Bidah? | PWMU.CO

Kontroversi Gambar Makhluk Bernyawa. Kajian oleh Dr Zainuddin MZ Lc MA, Direktur Turats Nabawi Pusat Studi Hadits, Sidoarjo.
Dr Zainuddin MZ Lc MA.

Ucapan Selamat Idul Fitri, Mana yang Bidah? Oleh Dr Zainuddin MZ LC MA Direktur Markaz Turats Nabawi Pusat Studi Hadits.

PWMU.CO – Tahniah sesuai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan ucapan selamat. Seperti ia memberi tahniah kepada sahabatnya yang baru kembali dari Mekah. Redaksi itu bisa merupakan bentuk kata sifat, nomina atau pronominal. Bisa merupakan bentuk kata kerja; bisa bentuk kata benda; dan bisa juga bentuk kata kiasan.

Dengan demikian, hadits tahniah Idul Fitri dimaksudkan hadits yang menjelaskan ucapan selamat yang disampaikan seseorang atau lembaga kepada siapapun terkait dengan kehadiran Idul Fitri.

Muncul berbagai ucapan tahniah dan doa di berbagai media sosial, cetak, dan elektronika saat umat Islam merayakan Idul Fitri. Maka artikel ini difokuskan pada pembahasan bagaimana tinjauan tahniah tersebut dalam perspektif hadits, dan bagaimana wujud tahniah itu sendiri?

Hadits Pro dan Kontra 

Ditemukan hadits larangan setiap Muslim untuk mengucapkan tahniah pada hari Raya Fitri. Karena hal itu merupakan penyerupaan amalan Yahudi dan Nasrani. Maka setiap Muslim wajib menyelisihi tradisi mereka.

Hadits Ubadah bin Shamit RA

عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصّامِتِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ قَوْلِ النَّاسِ فِى الْعِيْدَيْنِ: تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ. قَالَ: ذَاكَ فِعْلُ أَهْلِ الْكِتَابَيْنِ. وَكَرِهَهُ. 

Ubadah bin Shamit RA berkata: Aku bertanya Rasulullah saw. perihal ucapan tahniah umat di hari raya Fitri dan Adha “Semoga Allah menerima amal kami dan kalian”. Maka Rasulullah saw. menjawab: Itu adalah amal ahli Kitabain (Yahudi dan Nasrani). Nabi pun enggan padanya. HR Baihaqi (dalam Sunan Kubra): 6369; Ibnu Asakir (dalam Tarikh Dimasqa): 34/98.

Keengganan Nabi SAW dapat di-istimbat-kan sebagai larangan yang bisa menjurus kepada haram atau makruh. Maka seyogianya umat Islam tidak ikut-ikutan amalan mereka.

Namun hadits ini sanadnya munqathi’ (terputus), dan dalam sanad hadits ini terdapat perawi Abdul Khaliq bin Yazid bin Waqid al-Dimasqi yang dinilai Bukhari ‘munkar hadits’. Biografinya dipaparkan di berbagai referensi perawi lemah dan matruk (yang harus ditinggalkan). Periksa Bukhari (dalam Tarikh Kabir): 6/125; Nasai (dalam Dhu’afa’ wal matrukin): 1/212; Uqaili (dalam Dhuafa’ Kabir): 3/105; Ibnu Abi Hatim (dalam Jarh wa Ta’dil): 6/37; Ibnu Hibban (dalam Majruhin): 2/149; Dzahabi (dalam Mizan): 3/1247. 

Sementara itu ditemukan hadits maqbul yang menjelaskan boleh mengucapkan tahniah terkait Idul Fitri sebagai berikut:

Hadits Watsilah bin Asqa’ RA

عَنْ خَالِدِ ابْنِ مَعْدَانَ قَالَ: لَقِيْتُ وَاثِلَةَ بنَ الأسقَعِ فِي يَوْمِ عِيْدٍ فَقُلْتُ: تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكَ. فَقَالَ: نَعَمْ، تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكَ. قَالَ وَاثِلَةُ: لَقِيْتُ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عِيْدٍ، فَقُلْتُ: تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكَ. فَقَالَ: نَعَمْ، تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكَ.

Khalid bin Ma’dan berkata: Aku berjumpa Watsilah bin Asqa’ di hari raya. Lalu aku ucapkan padanya “Semoga Allah menerima amal salih kami dan anda”. Ia pun menjawab: Ya, semoga Allah menerima amal salih kami dan anda. Lalu Watsilah bin Asqa’ berkata: Aku pernah menjumpai Rasulullah saw. di hari raya dan aku ucapkan tahniah pada beliau “Semoga Allah menerima amal salih kami dan tuan”. Maka beliau pun menjawab: Ya, semoga Allah menerima amal salih kami dan anda.

HR Baihaqi (dalam Sunan Kubra): 6366; Qazwini (dalam Tadwin): 3/9. Hanya saja dalam sanadnya terdapat Muhammad bin Ibrahim yang dinilai tertudah dusta. Periksa Dzahabi (dalam Mizan): 3/1246.

Panjang lebar Albani menerangkan kelemahan hadits di atas dalam bukunya Irwa’ Ghalil: 5666, kemudian ia juga yang menjelaskan sisi shahihnya dalam Tamam Minnah: 354. Apakah karena kasus seperti ini sebagai contoh kesimpangsiuran pemikiran Albani?

Sayangnya Albani belum men-takhrij semua atsar dalam kitab Irwa’ Ghalil terkait tema ini, maka Abdul Aziz bin Marzuq al-Tharifi memberikan penyempurnaan takhrij atsar-atsar pada bukunya, al-Tahshil: 99.

Dalam paparannya menyebutkan atsar Abu Umamah al-Bahili yang dikeluarkan Thabrani (dalam Doa): 2/1233; Thahawi (dalam Mukhtashar Ihtilaf Ulama): 4/385; Zahir bin  Thahir (dalam Tuhfah Idul Fitri).

Adapun atsar Ibnu Abbas, adalah dikeluarkan Ali bin Ja’ad (dalam Musnad): 58, 155; Baihaqi (dalam Sunan Kubra): 5/117, 118); Ibnu Abi Syaibah (dalam Mushanaf): 14/136; Abdurrazaq (dalam Mushannaf): 4/376.

Adapun atsar Amr bin Huraits, adalah yang dikeluarkan Abdurrazaq (dalam Mushannaf): 4/310 dengan jalur sanad (mata rantai perawi) Sufyan bin Musa dari Amr bin Huraits dan dinilai shahih.

Hadits Jubair bin Nufair

عَنْ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ قَالَ: كَانَ أَصْحَابُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اِلْتَقُوْا يَوْمَ الْعِيْدِ يَقُوْلُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ: تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكَ. (

Jubair bin Nufair berkata: para sahabat Nabi SAW apabila saling b3rjumpa di hari raya, mereka saling mengucapkan “Semoga Allah menerima amal salih kami dan kalian”.

HR Mahamili (dalam Kitab Shalat Idaini): 2/129. Sanad hadits ini tsiqat. 

Hadits Adham maula Umar bin Abdul Aziz

عَنْ أَدْهَمَ مَوْلَى عُمَرَ بْنِ عَبْدِ الْعَزيْزِ قَالَ: كُنَّا نَقُوْلُ لِعُمَرَ بْنِ عَبْدِ الْعَزيْزِ فِى الْعِيْدَيْنِ: تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكَ يَا أَمِيْرَ الْمُؤْمِنِيْنَ. فَيَرُدُّ عَلَيْنَا وَلاَ يُنْكِرُ ذَلِكَ عَلَيْنَا.

Adham Maula Umar bin Abdul Aziz berkata: Kami mengucapkan tahniah kepada Umar bin Abdul Aziz di hari raya “Semoga Allah menerima amal salih kami dan anda wahai amirul mukmini. Maka ia pun menjawab tahniah kami dan tidak mengingkarinya.

HR Baihaqi (dalam Sunan Kubra): 6368; Baihaqi (dalam Syuabul Iman): 3720.

Semua atsar di depan mempertajam bahwa tahniah di hari raya Fitri sudah menjadi kultur salaf, sehingga Ahmad bin Hambal memfatwakah kebolehannya dalam koridor saling mendoakan keberkahan di Idul Fitri.

Dari paparan di depan, dapat disimpulkan bahwa tidak mungkin hadits larangan dapat dijadikan hujah. Justru sebaliknya, hadits dan atsar-atsar anjuran yang harus dikedepankan.

Baca sambungan di halaman 2: Berbagai Ucaoan Tahniah

sumber berita by [pwmu.co]

Author

Vinkmag ad

Read Previous

Sumber dan Potensi Wakaf Uang di Muhammadiyah

Read Next

PP Muhammadiyah Terima Kunjungan Dubes RRC

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Most Popular