Muhammadiyah • Mar 31 2023 • 33 Dilihat
MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA — Mungkin menyaksikan orang non-pribumi sekarang berobat ke rumah-rumah sakit Muhammadiyah terlihat biasa saja. Akan tetapi kalau dilihat dalam konteks seabad silam, non-pribumi berobat ke rumah sakit milik Muhammadiyah yang notabene milik pribumi menjadi sebuah fenomena yang luar biasa menarik.
Alasan fenomena ini menarik pada masa itu, kata Muhammad Yuanda Zahra, Sejarawan Muhammadiyah pada, Jumat (31/3), karena saat itu kelas sosial di tengah penjajahan begitu kental dan tonjolkan. Adanya kelas sosial tersebut untuk menunjukkan dominasi non-pribumi terhadap pribumi, yang dianggap sebagai manusia kelas bawah.
Fenomena non-pribumi berobat ke rumah sakit milik Muhammadiyah, imbuhnya, menjadi tanda bahwa kemajuan Muhammadiyah dalam memberikan pelayanan kesehatan lebih unggul ketimbang yang lain. Pelayanan kesehatan Muhammadiyah menjadi pesaing serius rumah sakit yang dimiliki oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Selain karena pengobatan-penyakit, kata Yuanda, perkembangan Muhammadiyah di masa kolonial hingga pendudukan Jepang dan setelahnya juga dipengaruhi oleh peta sebagai petunjuk warga Muhammadiyah ketika bepergian untuk menghadiri kongres, pers sebagai penyambung dan penyampai informasi yang luas, dan yang terakhir adalah perang.
Sejarawan Muhammadiyah lulusan Universiti Leiden Belanda ini menuturkan, jika disingkat perkembangan Muhammadiyah dengan irisan-irisan tersebut sebagai 4P yaitu peta, penyakit, pers dan perang.
Mengulik Muhammadiyah di era ‘bingung’ pada 1941-1942 atau masa transisi dari pendudukan Belanda ke Jepang, dalam penelitiannya Yuanda menemukan bahwa Muhammadiyah menyelamatkan jiwa manusia bukan hanya melalui rumah sakit, tapi juga melalui petunjuk-petunjuk keagamaan.
“Jadi usaha Muhammadiyah menyelamatkan jiwa seseorang itu bukan hanya dalam bentuk rumah sakit. Tetapi juga dalam bentuk keagamaan, panduan-panduan yang rasional untuk orang itu bisa menyelamatkan diri.” Ungkapnya.
Sebagaimana diketahui, pada masa transisi pendudukan itu Indonesia menjadi bagian dari medan Perang Dunia II. Pribumi termasuk warga Muhammadiyah keselamatannya juga terancam. Oleh karena itu dibutuhkan panduan atau petunjuk untuk menyelamatkan jiwa-jiwa manusia ini.
Fakta sejarah tersebut dapat ditemukan dalam Majalah Adil milik Muhammadiyah Surakarta. Di masa peperangan itu, Majalah Adil memiliki konten yang berisi informasi tentang petunjuk keselamatan jiwa di masa perang. Melalui isi dari Majalah Adil ini pula, ditemukan corak berpikir Muhammadiyah yang rasional.
“Muhammadiyah itu mengkomunikasikan antara panduan keagamaan dengan panduan secara rasional untuk menyelamatkan diri ketika perang terjadi.” Katanya.
Hits: 0
sumber berita ini dari muhammadiyah.or.id
muhammadiyah.or.id adalah website resmi persyarikatan Muhammadiyah. Dan dikelolah oleh PP Muhammadiyah
View all postsmuhammadiyah.or.id adalah website resmi persyarikatan Muhammadiyah. Dan dikelolah oleh PP Muhammadiyah
MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA—Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ahmad Dahlan Rais, menekankan pen...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA—Universitas Muhammadiyah Surakarta menjadi saksi berkumpulnya sekita...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) harus menjadi arus ut...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, KENDARI – Evangelis (Ev) Munfaridah dari Majelis Gereja Kebangunan Kalam Allah...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Manhaj Tarjih Muhammadiyah dirancang untuk menjaga relevansi dan ...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA — Dalam wawancara yang disiarkan pada Sabtu (24/08) di acara ROSI, Kom...
No comments yet.