Muhammadiyah • Dec 21 2023 • 26 Dilihat
Oleh: Afandi Satya Kurniawan
Kongres Perempuan Indonesia pertama tanggal 22-25 Desember 1928 di Gedung Mandalabhakti Wanitatama, Yogyakarta menjadi tonggak baru bagi gerakan emansipasi perempuan Indonesia.
Pasalnya selain menghimpun 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatra, Kongres ini membahas dan mengagendakan beberapa isu penting untuk kemajuan Indonesia dan perempuan Indonesia, seperti;
Persatuan perempuan Nusantara, peranan perempuan dalam perjuangan kemerdekaan, peranan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa, perbaikan gizi, literasi, dan kesehatan bagi ibu dan balita, pernikahan usia dini bagi perempuan, dan lain sebagainya.
Mendapat gaung positif, Kongres lanjutan dilaksanakan pada tahun 1935, dan Kongres ketiga pada 1938 yang menetapkan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu. Setelah Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden Nomor 316 Tahun 1959, Hari Ibu secara resmi dirayakan di Indonesia setiap tanggal 22 Desember.
Keterlibatan ‘Aisyiyah dalam Kongres Perempuan Pertama
Sayap organisasi perempuan Muhammadiyah, yaitu ‘Aisyiyah ikut terlibat dalam Kongres Perempuan Indonesia tahun 1928 dengan mengirimkan dua kadernya, yaitu Siti Hajinah Mawardi dan Siti Munjiyah yang berperan sebagai Wakil Ketua Kongres.
Sementara itu, kader kultural Muhammadiyah yang lain, Siti Sukaptinah yang berperan sebagai Sekretaris I Kongres hadir mewakili Jong lslamiten Bond Afdeeling Wanita cabang Yogyakarta (JIBDA). Saat berusia 13 tahun, Siti Sukaptinah menjadi anggota Siswapraja Wanita Muhammadiyah, cikal-bakal Nasyiatul Aisyiyah.
Sebagai organisasi yang memelopori emansipasi perempuan muslim di seluruh dunia, ‘Aisyiyah yang lahir lebih dulu pada 19 Mei 1917 ikut memberi warna terang bagi jalannya Kongres Perempuan pertama. Termasuk ikut memprakarsai berdirinya Kongres Wanita Indonesia (KOWANI).
Pada Kongres Perempuan Indonesia I, Siti Munjiyah berpesan agar perempuan Indonesia selektif dalam mencontoh kemajuan dari dunia Barat. Hal-hal substantif yang bersifat keilmuan dan teknologi menurutnya dapat diadaptasi, sedangkan hal-hal yang bersifat moral, gaya hidup, dan materi tidak bisa dicontoh karena bertentangan dengan budaya ketimuran.
Sementara itu, Siti Hajinah Mawardi menyampaikan pidato berjudul “Persatuan Manusia”. Pidato yang ia sampaikan menyinggung soal pentingnya persatuan berbagai kelompok masyarakat demi terwujudnya kehidupan yang lebih maju.
Dengan adanya Kongres Perempuan, ‘Aisyiyah terdorong untuk memperkuat dan memperluas gerakan kepioneran yang telah dilakukan sejak awal berdiri, misalnya merintis pendidikan anak usia dini (Frobel School) tahun 1919 yang saat ini bernama TK ‘Aisyiyah Bustanul Athfal (TK ABA), pendidikan keaksaraan, pendirian musala perempuan pada 1922, kongres bayi, inovasi peningkatan derajat kaum perempuan, hingga penerbitan majalah Suara ‘Aisyiyah pada 1926.
106 Tahun Usia ‘Aisyiyah Membawa Amanat Kongres Perempuan Indonesia
Setelah berlalu 95 tahun, beberapa isu hasil Kongres Perempuan Indonesia pertama tetap dilaksanakan oleh gerakan perempuan ‘Aisyiyah lewat 11 Majelis dan Lembaga yang ada, antara lain; Majelis Tabligh, Majelis Pendidikan Anak Usia Dini, Dasar, dan Menengah, Majelis Kesehatan, Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan, Majelis Pembinaan Kader, Majelis Kesejahteraan Sosial, Majelis Pendidikan Tinggi, Lembaga Seni, Budaya, dan Olah Raga, Lembaga Penelitian dan Pengembangan ‘Aisyiyah, Majelis Hukum dan Ham, dan Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana.
Selaras dengan isu-isu perempuan yang dibahas pada Kongres I, II, dan III, ‘Aisyiyah kini memiliki bermacam ragam program unggulan, misalnya pendampingan ekonomi berbasis komunitas atau Bina Usaha Ekonomi Keluarga (BUEKA), kampung Islami Qoryah Thayyibah, program Bimbingan Perkawinan (Bimwin), advokasi kekerasan seksual dan KDRT, aksi lingkungan hidup, bimbingan perkawinan bekerja sama dengan KUA, layanan psikososial, melawan stunting, hingga kebencanaan dan beragam program lainnya.
Peran ‘Aisyiyah di atas semakin besar jika pengelolaan Amal Usaha di bidang kesehatan, pendidikan, dan sosial ikut disebut. Sejauh ini, ‘Aisyiyah telah memiliki sedikitnya 18 rumah sakit, ratusan klinik dan balai kesehatan, 22.000 TK/PAUD, hingga tiga Universitas yang murni dikelola oleh perempuan (UNISA Yogyakarta, UNISA Bandung, dan UNISA Surakarta).
Eksistensi ‘Aisyiyah sebagai gerakan perempuan yang mampu bertahan satu abad lebih, bahkan berkembang di 95 tahun usia peringatan Hari Ibu, adalah disebabkan oleh pemahaman yang ditanamkan oleh Kiai Ahmad Dahlan bahwa perempuan setara dengan laki-laki dalam berkiprah dan beramal saleh di masyarakat.
Beberapa landasan teologis tentang hal itu adalah Q.S an-Nahl 16:97, Q.S. al-Hujarat 49:13 tentang kemuliaan laki-laki dan perempuan karena iman, amal salih, dan ketakwaannya, Q.S. an-Nisa 4:1 tentang kesetaraan penciptaan laki-laki dan perempuan, Q.S al-Baqarah 2:30 tentang misi khalifah, Q.S adz-Dzariyat 51:56 dan Q.S al-Baqarah 2:21 tentang misi peribadatan manusia, Q.S at-Taubah 9:71 dan Q.S an-Naml 27:22-23 tentang kepemimpinan laki-laki dan perempuan, sampai Q.S al Ambiya’ 21:107 tentang nilai-nilai universalitas atau rahmatan lil alamin.
Ayat-ayat tersebut menjadi landasan teologis yang mengisyaratkan bahwa kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar tidak memandang jenis kelamin.
Sehingga bertepatan dengan Hari Ibu, perempuan ideal menurut ‘Aisyiyah bukanlah yang pasrah dan berpedoman “swarga nunut neraka katut”, melainkan perempuan yang giat menjadi sosok ibu yang tangguh bagi ketahanan keluarga di dalam rumah, sembari tetap aktif menyingsingkan lengan membantu mengentaskan masalah yang ada di luar rumah atau masyarakat.
Hits: 0
sumber berita ini dari muhammadiyah.or.id
muhammadiyah.or.id adalah website resmi persyarikatan Muhammadiyah. Dan dikelolah oleh PP Muhammadiyah
View all postsmuhammadiyah.or.id adalah website resmi persyarikatan Muhammadiyah. Dan dikelolah oleh PP Muhammadiyah
MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA—Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ahmad Dahlan Rais, menekankan pen...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA—Universitas Muhammadiyah Surakarta menjadi saksi berkumpulnya sekita...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) harus menjadi arus ut...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, KENDARI – Evangelis (Ev) Munfaridah dari Majelis Gereja Kebangunan Kalam Allah...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Manhaj Tarjih Muhammadiyah dirancang untuk menjaga relevansi dan ...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA — Dalam wawancara yang disiarkan pada Sabtu (24/08) di acara ROSI, Kom...
No comments yet.