Muhammadiyah • Feb 23 2024 • 29 Dilihat
MUHAMMADIYAH.OR.ID, PEKALONGAN— Pekalongan menjadi tuan rumah perhelatan akbar Musyawarah Nasional (Munas) Tarjih ke-23. Dalam acara pembukaan Munas Tarjih di Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongn pada Jumat (23/02), Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, menyoroti tiga makna penting yang mengikat kota ini dengan pergerakan keagamaan dan politik Islam di Indonesia.
Pertama, tahun 1921 menjadi penanda penting ketika Pekalongan menjadi saksi dari Rapat Umum Muhammadiyah. Acara ini dihadiri oleh dua tokoh monumental dalam pergerakan nasional, HOS Cokroaminoto dan KH. Ahmad Dahlan. Dalam pertemuan tersebut, Cokroaminoto mengulas isu politik melawan penjajah Belanda, sementara KH. Ahmad Dahlan menyampaikan wawasan keagamaan yang menyejukkan dan jernih. Jejak ini menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah Pekalongan dan Muhammadiyah.
Kemudian, pada tahun 1922, Muhammadiyah cabang Pekajangan lahir, setahun tahun sebelum KH. Ahmad Dahlan wafat. Meskipun awalnya dihadapkan dengan resistensi dari tokoh setempat, namun setelah mendengarkan ceramah inspiratif Sang Pencerah di Yogyakarta, mereka malah beralih mendukung gerakan Muhammadiyah. Kisah ini menggambarkan bagaimana pemikiran Kiai Dahlan mampu mengubah sikap dan pandangan, memicu pendirian Muhammadiyah di Pekajangan pada tahun 1922.
“Awalnya seorang tokoh asal Pekajangan menentang bahkan hendak melakukan rejection terhadap Muhammadiyah tapi setelah ke Yogyakarta malah hanyut dalam pemikiran Kiai Dahlan dan pulang ke Pekajangan mendirikan Muhammadiyah tahun 1922,” ucap Haedar.
Terakhir, pada tahun 1927, Pekalongan menjadi tuan rumah Kongres Muhammadiyah ke-16. Dari kongres ini, lahirlah Majelis Tarjih, sebuah lembaga internal di Muhammadiyah yang fokus pada pembahasan isu-isu keagamaan. Tonggak ini memberikan fondasi kuat untuk membahas dan meresolusi masalah-masalah keagamaan dalam lingkup organisasi, menjadikan Pekalongan pusat penting untuk perjalanan pemikiran dan keputusan Muhammadiyah.
Haedar menyatakan bahwa ketiga peristiwa ini bukan hanya sebagai kenangan historis semata, melainkan menjadi sumber inspirasi bagi peserta Munas saat ini. Mereka diharapkan dapat mengambil hikmah dari jejak-jejak tersebut untuk mencapai keputusan-keputusan yang jernih dan berharga dalam mengarahkan perjalanan Muhammadiyah di masa depan.
“Tiga tonggak penting ini tentu menjadi inspirasi sekaligus pendorong bagi para peserta Munas hari ini untuk bagaimana menghasilkan keputusan-keputusan yang jernih, rajih,” ucap Haedar.
sumber berita ini dari muhammadiyah.or.id
muhammadiyah.or.id adalah website resmi persyarikatan Muhammadiyah. Dan dikelolah oleh PP Muhammadiyah
View all postsmuhammadiyah.or.id adalah website resmi persyarikatan Muhammadiyah. Dan dikelolah oleh PP Muhammadiyah
MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA—Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ahmad Dahlan Rais, menekankan pen...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA—Universitas Muhammadiyah Surakarta menjadi saksi berkumpulnya sekita...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) harus menjadi arus ut...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, KENDARI – Evangelis (Ev) Munfaridah dari Majelis Gereja Kebangunan Kalam Allah...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Manhaj Tarjih Muhammadiyah dirancang untuk menjaga relevansi dan ...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA — Dalam wawancara yang disiarkan pada Sabtu (24/08) di acara ROSI, Kom...
No comments yet.