Jakarta, InfoMu.co – Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Abdul Mu’ti hadir dalam Pengajian Ramadan PP Muhammadiyah. Dalam pemaparannya Mu’ti membahas tentang hubungan praktek ihsan dengan kemajemukan.
“Kalau kemudian kita kaitkan ihsan in action itu dengan kemajemukan maka saya ingin membahas dalam beberapa hal bagaimana Quran berbicara tentang kemajemukan itu,” tutur Mu’ti, Rabu (6/4) malam.
Jika dikaji dalam beberapa ayat, kata Mu’ti, al Quran itu sangat mengapresiasi dan juga memberikan sebuah kesadaran transendental juga kesadaran sosiologis tentang realitas dalam kehidupan masyarakat yang majemuk.
“Sering disebut dengan istilah yang sepadan dengan itu adalah pluralitas atau keberagaman atau juga diversity yang intinya Quran menegaskan bahwa manusia itu tidak sama tapi pandangan Quran terhadap perbedaan itu senantiasa positif karena itu sebagian misalnya Faqih Usman menyebutnya sebagai sunnatullah (sesuatu yang terjadi karena kehendak Allah). Sehingga kalau kita baca bagaimana kemajemukan dalam budaya dan berbagai aspek kehidupan itu merupakan kehendak Allah dan tanda bukti kekuasaan Allah,” jelas Mu’ti.
Mu’ti melanjutkan Allah bersabda dalam surat Ar-Rum bahwa di antara tanda kebesaran Allah itu adalah menciptakan langit dan bumi dan Allah menjadikan kamu itu berbeda-beda bahasa dan berbeda warna kulit. jadi yang demikian itu menjadi tanda bukti kebesaran kemahakuasaan Allah bagi orang-orang yang berilmu.
“Di situ Quran menjelaskan tentang perbedaan bahasa dan juga perbedaan warna kulit mungkin bisa disebut perbedaan suku dan rasial karena perbedaan itu masuk ke dalam bawaan. Karena itu maka orang tidak bisa memilih sukunya tidak bisa memilih orang tuanya,” kata Mu’ti.
“Sehingga dalam konteks ini qur’an menegaskan diversity, keberagaman, kemajemukan itu adalah bagian dari ayat-ayat Allah termasuk di dalamnya adalah kemajemukan bangsa dan suku yang saya kira kita semua hafal di luar kepala, Al Hujarat ayat 13,” sambungnya.
Kemudian bila dikaitkan dengan perbedaan dalam sisi agama, lanjut Mu’ti, Qur’an juga menegaskan bahwa manusia itu akan diciptakan Allah akan berbeda-beda agama. “Kalau kita baca surat Yunus, bahwa kita ini tidak bisa menjadikan semua manusia memiliki agama yang sama. Bahkan kemudian kalau kita baca di surat At Taghabun juga begitu, Allah itu menciptakan manusia dan manusia itu dibebaskan untuk memilih beriman ataupun tidak juga silahkan,” terangnya.
Karena itu, kata Mu’ti, pandangan Quran terhadap kemajemukan itu adalah pandangan yang terbuka, pandangan yang positif, dan karena itu maka kemudian sikap umat terhadap kemajemukan itu juga haruslah sikap yang terbuka dan juga sikap positif. (muhammadiyah.or.id)