Yogyakarta, InfoMu.co – Ketika herd immunity sudah terbentuk di atas 70 persen dari keseluruhan masyarakat Indonesia, diharapkan status pandemi covid-19 berakhir dan berganti menuju endemi. Namun demikian, menghadapi masa transisi semua tidak boleh lengah dan tetap taat protokol kesehatan covid-19.
Demikian disampaikan oleh dr. Agus Taufiqurrahman Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Bidang kesehatan pada, (23/4) di acara Tausyiah Online yang diselenggarakan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DI. Yogyakarta.
Dalam paparannya, dr. Agus menyampaikan tentang perbedaan antara epidemik/wabah, pandemi dan endemi. Epidemik/wabah dalam penjelasnnya merupakan kasus yang berada di regional tertentu dengan penularan yang luar biasa, bahkan kematiannya berbeda dengan kasus penyakit lain.
“Tapi itu kalau menular ke banyak negara, separuh negara di dunia terkena maka kita menyebutnya dengan pandemi. Kalau penyakit itu bisa teratasi tapi ada dan menetap di daerah itu sudah tidak begitu membahayakan bisa terkontrol, maka di situlah kita ke arah endemi,” ungkapnya.
Sementara itu, pihak yang berhak menetapkan suatu negara dalam mengahdapi covid-19 berstatus sebagai endemi atau pandemi adalah World health Organization (WHO). Dalam menetapkan status tersebut WHO memiliki ukuran sebagi berikut; Yakni pertumbuhannya di bawah satu, keterisian rumah sakit di bawah 5 persen jika terjadi penambahan kasus, angka terkonfirmasi atau positif rate nya di bawah 5 persen, fatality rate nya atau angka kematiannya harus di bawah 3 persen.
“Kalau itu terpenuhi nanti kemudian kita bisa akan menuju endemi,” imbuhnya. Dalam mengahadapi masa transisi tersebut, dr. Agus mengajak kepada seluruh umat Islam untuk senantiasa menghadapinya dengan prinsip iman dan ilmu. Di masa transisi, sambungnya, dibutuhkan perhatian yang serius, penerapan protokol kesehatan tidak boleh kendor agar tidak ada gelombang susulan terpapar covid-19.
“Jangan lengah dan jangan kendor, agar tidak ada gelombang berikutnya. Ini kita idul fitri dan Ramadan bisa beribadah ini kan nikmat sekali, masjid sudah bisa diisi. Tetapi jangan lengah, kita tetap dengan protokol ketat sehinnga sekalipun nanti kita idul fitri terus masih ada silaturahim itu jangan sampai ada peningkatan kasus,” tutur dr. Agus. (muhammadiyah.or.id)