Muhammadiyah • Mar 19 2024 • 28 Dilihat
MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir mengungkapkan kepeloporan KH. Ahmad Dahlan sebagai mubalig pertama yang melakukan tabligh di ruang-ruang publik.
Hal itu disampaikan Guru Besar Ilmu Sosiologi ini dalam Pengajian Ramadan 1445 H di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) pada Senin malam (18/3) di Auditorium KH. Azhar Basyir.
Pada saat itu, Kiai Dahlan juga membidani kelahiran kajian malam jumat, Pengajian Malam Selasa (PMS) yang masih aktif sampai sekarang, dan dari situ ruang-ruang publik menjadi mimbar khutbah para mubalig.
“Dari situ tradisi ustaz dan kiai itu menghadiri dan mendatangi jemaah. Lalu lahirlah pengajian-pengajian umum, yang kemudian di tahun 50-an direplikasi menjadi lahirnya masjid-masjid dan musala di tempat-tempat dan lembaga pemerintahan,” kata Haedar.
Tidak hanya itu, Kiai Dahlan sebagaimana diungkapkan oleh Haedar juga melakukan kepeloporan dalam pelembagaan amil zakat, dan penyelenggaraan ibadah haji.
Keseriusan Kiai Dahlan dalam mendirikan penyelenggaraan ibadah haji ditunjukkan dengan mengirim Kiai Sudja’ beserta dua muridnya yang lain ke Mekkah untuk melakukan kajian ibadah haji, dari pemberangkatan sampai kepulangan.
Semua gerakan tajdid atau pembaharuan yang ada di Muhammadiyah ini dasarnya sudah diletakkan semua oleh Kiai Dahlan. Sehingga pada 1922 Muhammadiyah sudah menyebar di hampir seluruh banyak pelosok negeri.
“Pergerakan Muhammadiyah di generasi awal lewat cabang-cabang rintisan – kepeloporan melekat dengan kawasan-kawasan entrepreneur,” ungkapnya.
Pada generasi kedua periode tahun 1926 Muhammadiyah bahkan sudah menyebar sampai di Alabio (Kalimantan), dan sampai juga di Aceh di kawasan terjauh di sana, NTT, Tidore, terus ke Tanah Papua.
Penyebaran Muhammadiyah tersebut bukan tanpa penolakan dan perlawanan dari kaum tradisional, akan tetapi karena daya jelajah dan radar gerakan Muhammadiyah saat itu sesuai dengan kebutuhan masyarakat maka dengan mudah diterima di banyak tempat.
“Maka tidak heran, Muhammadiyah menjadi satu-satunya organisasi Islam yang lahir di awal abad ke 20 yang paling menyebar dan meluas di tanah air dalam berbagai segmen sosial masyarakat,” katanya.
Kenyataan tersebut merupakan bukti atas gerakan Muhammadiyah yang inklusif, selain itu juga didukung oleh statuten Muhammadiyah. Dalam statuten tersebut terdapat kata kunci menyebarluaskan, memajukan, dan menggembirakan.
Hal itu juga menunjukkan bahwa watak kultural Muhammadiyah memang sudah ada sejak awal, dan punya pondasi pada kesejarahan generasi awal Muhammadiyah. Sehingga dakwah kultural yang ada saat ini merupakan konstruksi dan sistematisasi atas yang telah diletakkan para pendahulu.
sumber berita ini dari muhammadiyah.or.id
muhammadiyah.or.id adalah website resmi persyarikatan Muhammadiyah. Dan dikelolah oleh PP Muhammadiyah
View all postsmuhammadiyah.or.id adalah website resmi persyarikatan Muhammadiyah. Dan dikelolah oleh PP Muhammadiyah
MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA—Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ahmad Dahlan Rais, menekankan pen...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA—Universitas Muhammadiyah Surakarta menjadi saksi berkumpulnya sekita...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) harus menjadi arus ut...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, KENDARI – Evangelis (Ev) Munfaridah dari Majelis Gereja Kebangunan Kalam Allah...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Manhaj Tarjih Muhammadiyah dirancang untuk menjaga relevansi dan ...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA — Dalam wawancara yang disiarkan pada Sabtu (24/08) di acara ROSI, Kom...
No comments yet.