Muhammadiyah • Sep 15 2023 • 32 Dilihat
MUHAMMADIYAH.OR.ID, BERLIN – Keragaman atau pluralitas sejatinya adalah khazanah kemanusiaan yang dianugerahkan Tuhan untuk menciptakan kehidupan dunia yang harmonis, damai, dan sejahtera. Namun pada kenyataannya, pluralitas menjadi biang perpecahan dan konflik antar agama, suku, dan bangsa di berbagai dunia.
Menurut Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu’ti, perpecahan ini timbul bukan dari dirinya sendiri. Melainkan akibat konflik kepentingan, nafsu menguasai yang lain (superioritas), hingga pandangan rasis pada kelompok yang berbeda.
Dalam Forum Internasional Sant’Egidio bertajuk “The Art of Living Together in A Shattered World”, Berlin, Jerman, Selasa (12/9), Abdul Mu’ti menawarkan lima hal sebagai fondasi membingkai keragaman menuju masyarakat damai sejahtera.
Pertama, berpikiran positif terhadap perbedaan dengan keyakinan bahwa perbedaan adalah fitrah manusia sebagai kehendak Tuhan.
Kedua, menerima orang lain dengan penuh rasa hormat dan ketulusan.
Ketiga, menggali nilai-nilai bersama untuk persatuan, toleransi dalam menyediakan akomodasi bagi orang lain dengan penuh pengertian.
Keempat, membangun kesamaan pemahaman berdasarkan manfaat kepentingan bersama dan saling kemitraan.
Kelima, bekerja sama untuk kebaikan bersama dan dengan berbagi penerimaan dan kepedulian masyarakat.
Selain lima hal tersebut, Mu’ti juga menilai pentingnya pendidikan inklusif melalui lembaga pendidikan yang bebas dari unsur diskriminasi, pengucilan dan penolakan atas dasar agama, budaya, ras dan kelas sosial.
“Penting untuk menjadikan sekolah sebagai titik pertemuan dan titik leleh dengan mengintensifkan interaksi dan pemahaman lintas budaya serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk merasakan hidup bersama dengan orang lain dari latar belakang berbeda,” jelasnya.
Abdul Mu’ti, lantas membagikan pengalaman Indonesia dalam membingkai keberagaman sebagai unsur positif yang menjadi kekuatan bangsa. Kepada dunia, Abdul Mu’ti menawarkan semangat Pancasila dan motto semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” sebagai alat untuk mengakomodasi dan menghargai perbedaan.
“Dalam konteks saat ini dan masa depan negara, mungkin (keberagaman) bisa diartikan sebagai Persatuan. Artinya Persatuan bukanlah keseragaman, membawa implikasi akan pentingnya membangun Persatuan tanpa meniadakan atau mengesampingkan keberagaman itu sendiri. Kita bersatu karena kita mempunyai nilai-nilai yang sama yaitu satu Kemanusiaan, satu takdir dan satu tanggung jawab untuk hidup bersama secara damai dan harmoni,” tegasnya. (afn)
Hits: 2
sumber berita ini dari muhammadiyah.or.id
muhammadiyah.or.id adalah website resmi persyarikatan Muhammadiyah. Dan dikelolah oleh PP Muhammadiyah
View all postsmuhammadiyah.or.id adalah website resmi persyarikatan Muhammadiyah. Dan dikelolah oleh PP Muhammadiyah
MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA—Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ahmad Dahlan Rais, menekankan pen...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA—Universitas Muhammadiyah Surakarta menjadi saksi berkumpulnya sekita...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) harus menjadi arus ut...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, KENDARI – Evangelis (Ev) Munfaridah dari Majelis Gereja Kebangunan Kalam Allah...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Manhaj Tarjih Muhammadiyah dirancang untuk menjaga relevansi dan ...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA — Dalam wawancara yang disiarkan pada Sabtu (24/08) di acara ROSI, Kom...
No comments yet.