Breaking News
Categories
  • #muktamar muhammadiyah aisyiyah 48
  • Acara
  • Berita Organisasi
  • Berita Sekolah
  • Cerpen
  • Featured
  • Gerak
  • Kabar
  • Kegiatan Mahasiswa
  • Kegiatan Sekolah
  • Keislaman
  • Muhammadiyah News Network
  • Muhammadiyah or id
  • Palestina
  • Pendidikan dan Pelatihan
  • Politik
  • PWMU CO
  • Resensi buku
  • Srawung Sastra
  • Tarjih
  • TVMU
  • Uncategorized
  • Video
  • wawasan
  • Peran Ibu-ibu dalam Periwayatan Hadis

    Dec 18 202337 Dilihat

    MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Dalam tradisi Islam, ibu-ibu memiliki peran kunci dalam menjaga dan meneruskan hadis. Pemahaman dan penyebaran hadis-hadis Nabi Muhammad oleh para ibu ini bukan hanya sekadar transfer informasi, tetapi juga mencerminkan dedikasi mereka terhadap peningkatan spiritual dan moral umat Islam.

    Karya Mohammad Akram Nadwi, “Al-Muhaddithat: The Women Scholars in Islam”, memberikan sorotan yang sangat penting terkait kehadiran ibu-ibu dalam studi hadis. Dengan mengungkapkan peran sentral mereka, Nadwi memberikan penghargaan yang pantas atas upaya mereka dalam menjaga keberlanjutan tradisi keilmuan. Tanpa kehadiran dan kontribusi ibu-ibu ini, mungkin banyak aspek dari ajaran Nabi Muhammad yang tidak dapat dipahami atau diteruskan dengan baik.

    Perlu diakui, peran ibu-ibu tidak terbatas sebagai perantara informasi semata, melainkan menjadi aktor utama dalam proses penyebaran dan pengajaran hadis-hadis. Melalui kehadiran aktif di masjid, madrasah, dan masyarakat, para ibu menciptakan lingkungan yang merangsang pertumbuhan pengetahuan keislaman. Perjalanan mereka, dari bepergian untuk mengejar ilmu hingga memberikan fatwa dan menjalankan otoritas di masyarakat, menjadi bukti konkret peran sentral mereka dalam menjaga keberlanjutan tradisi keislaman.

    Beranjak dari sini, kita menelusuri sejarah biografi ulama besar dalam Islam. Faktor krusial dalam kesuksesan mereka dalam memadukan kesalehan, kebenaran, dan pengetahuan ternyata bermula dari fondasi pendidikan yang dirintis oleh ibu mereka. Praktik memperkenalkan anak-anak pada ajaran agama sejak usia dini, sesuai dengan anjuran Sang Nabi, menjadi kunci dalam membentuk karakter dan kecerdasan generasi penerus.

    Melalui perjalanan panjang ini, kita memahami bahwa peran ibu tidak hanya sebatas dalam menyampaikan informasi, melainkan sebagai garda terdepan dalam mengayomi, mendidik, dan merawat kelangsungan tradisi keislaman. Dedikasi, keteladanan, dan keberlanjutan upaya para ibu menjadi cerminan cinta dan komitmen terhadap tradisi ajaran Islam.

    Contoh-contoh Hadis dari Ibu

    Hubabah bint Ajlan adalah seorang perempuan yang belajar hadis dari ibunya, Umm Hafs. Dalam sebuah hadis menunjukkan bahwa Umm Hafs mendengar hadis langsung dari Safiyyah bint Jarir, yang pada gilirannya mendengar dari Umm Hakim bint Wadda (Nadwi, 2007: 97-98). Inilah salah satu cara di mana pengetahuan hadis disampaikan dari generasi ke generasi, dan peran ibu-ibu dalam menyampaikan tradisi ini sangat signifikan.

    Bunyi hadis yang diriwayatkan oleh Hubabah bint Ajlan adalah sebagai berikut:

    حَدَّثَنَا الْعَبَّاسُ بْنُ الْفَضْلِ، ثنا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا حُبَابَةُ بِنْتُ عَجْلَانَ، حَدَّثَتْنِيِ أُمِّي حَفْصَةُ، عَنْ صَفِيَّةَ بِنْتِ جَرِيرٍ، عَنْ أُمِّ حَكِيمٍ بِنْتِ وَدَاعٍ، قَالَتْ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «دُعَاءُ الْوَالِدِ يُفْضِي إِلَى الْحِجَابِ»

    Artinya: Telah menceritakan kepada kami Al-‘Abbas bin Al-Fadl, telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma’il, telah menceritakan kepada kami Hubabah bint Ajlan, telah menceritakan kepada saya ibu saya Hafsah, dari Safiyyah bint Jarir, dari Umm Hakim bint Wadda, ia berkata: “Saya mendengar Nabi Saw bersabda: ‘Doa seorang ayah dapat menembus tirai.’” (Abu al-Qasim al-Thabrani, 1415H/1993 M: 163).

    Contoh lainnya mengenai hadis melibatkan empat perempuan Sahabat yang meriwayatkan satu sama lain, dua di antaranya adalah istri Rasulullah dan dua lainnya adalah putri-putri mereka. ‘Urwah ibn al-Zubayr meriwayatkan dari Zaynab bint Abi Salamah, dari Habibah bint Umm Habibah, dari ibunya, dari Zaynab bint Jahsy, yang bunyi hadisnya sebagai berikut:

    حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا ابْنُ عُيَيْنَةَ، أَنَّهُ سَمِعَ الزُّهْرِيَّ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ زَيْنَبَ بِنْتِ أُمِّ سَلَمَةَ، عَنْ أُمِّ حَبِيبَةَ، عَنْ زَيْنَبَ ابْنَةِ جَحْشٍ ـ رضى الله عنهن ـ أَنَّهَا قَالَتِ اسْتَيْقَظَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم مِنَ النَّوْمِ مُحْمَرًّا وَجْهُهُ يَقُولُ ‏”‏ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَيْلٌ لِلْعَرَبِ مِنْ شَرٍّ قَدِ اقْتَرَبَ، فُتِحَ الْيَوْمَ مِنْ رَدْمِ يَاجُوجَ وَمَاجُوجَ مِثْلُ هَذِهِ ‏”‏‏.‏ وَعَقَدَ سُفْيَانُ تِسْعِينَ أَوْ مِائَةً‏.‏ قِيلَ أَنَهْلِكُ وَفِينَا الصَّالِحُونَ قَالَ ‏”‏ نَعَمْ، إِذَا كَثُرَ الْخَبَثُ ‏”‏‏.‏

    Artinya: Zaynab bint Jahsy menceritakan bahwa Rasulullah Saw bangun dari tidurnya dengan wajah yang merah sambil mengucapkan kalimat “La ilaha illallah” (tidak ada Tuhan selain Allah). Beliau mengungkapkan keprihatinan atas keadaan buruk yang akan menimpa kaum Arab, dan mengabarkan bahwa hari itu telah terbuka pembatas bagi Ya’juj dan Ma’juj (Gog dan Magog) sejauh ini. Sufyan menambahkan bahwa beliau mengikatkan tali atau kain sebanyak sembilan puluh atau seratus kali, dan ketika ditanya apakah mereka akan binasa sedangkan di antara mereka ada orang-orang saleh, Rasulullah menjawab bahwa ya, jika kejahatan semakin meluas. (HR. Bukhari 7059).

    Contoh lainnya ialah Yahya ibn Basyir ibn Khallad meriwayatkan dari ibunya bahwa ia pernah berkunjung kepada Muhammad ibn Ka’b al-Qurazi. Berikut bunyi hadisnya:

    وعن أبي هريرة رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم‏:‏ ‏”‏وسطوا الإمام، وسدوا الخلل‏

    Artinya: Dari Abu Hurairah semoga Allah meridhainya, Rasulullah Saw bersabda, “Biarkan Imam berdiri di tengah (sehingga orang yang salat di belakangnya harus berdiri di kanan dan kirinya) dan tutup celahnya.” (HR. Abu Dawud).

    Berdasarkan paparan di atas, peran ibu-ibu dalam pembelajaran hadis menjadi fondasi kuat dalam menjaga dan meneruskan tradisi keislaman. Hal ini juga merupakan pilar utama dalam membentuk generasi yang memiliki nilai spiritual, moral, dan pengetahuan yang kokoh. Keberlanjutan upaya dan dedikasi para ibu menjadi cahaya yang terus menyinari perjalanan panjang ajaran Islam, memberikan inspirasi bagi kita semua untuk terus menghargai, menghormati, dan meneruskan warisan luhur ini kepada generasi mendatang.

    Referensi:

    Abu al-Qasim al-Thabrani, Al-Mu’jam al-Kabir, Kairo, Maktabah Ibn Taymiyah, 1415 H/1993 M, juz 25.

    Riyad as-Salihin nomor 1096.

    Shahih Bukhari nomor 7059.

    Mohammad Akram Nadwi, Al-Muhaddithat: The Women Scholars in Islam, Oxford: Interface Publications, 2007.

    Hits: 0

    sumber berita ini dari muhammadiyah.or.id

    Author

    Share to

    Written by

    muhammadiyah.or.id adalah website resmi persyarikatan Muhammadiyah. Dan dikelolah oleh PP Muhammadiyah

    Related News

    Muhammadiyah Maksimalkan Wakaf dalam Sek...

    by Aug 27 2024

    MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA—Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ahmad Dahlan Rais, menekankan pen...

    Muhammadiyah Proyeksikan Kemandirian Eko...

    by Aug 27 2024

    MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA—Universitas Muhammadiyah Surakarta menjadi saksi berkumpulnya sekita...

    ‘Aisyiyah Dorong Pengarusutamaan E...

    by Aug 27 2024

    MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) harus menjadi arus ut...

    Pendidikan Inklusif Muhammadiyah Diapres...

    by Aug 27 2024

    MUHAMMADIYAH.OR.ID, KENDARI – Evangelis (Ev) Munfaridah dari Majelis Gereja Kebangunan Kalam Allah...

    Menelusuri Ragam Metode Penentuan Hukum ...

    by Aug 26 2024

    MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Manhaj Tarjih Muhammadiyah dirancang untuk menjaga relevansi dan ...

    Bukan Gedungnya, Tapi Mentalitas Kolonia...

    by Aug 26 2024

    MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA — Dalam wawancara yang disiarkan pada Sabtu (24/08) di acara ROSI, Kom...

    No comments yet.

    Sorry, the comment form is disabled for this page/article.
    back to top