Muhammadiyah • Oct 16 2023 • 44 Dilihat
MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Muhammadiyah telah membuat langkah-langkah progresif yang signifikan dalam menentukan waktu-waktu penting dalam Islam. Hal ini termasuk penentuan arah kiblat, waktu salat, dan awal bulan kamariah/hijriah. Langkah-langkah ini mencerminkan komitmen Muhammadiyah untuk memajukan pemahaman dan praktik Islam yang lebih baik.
Salah satu tonggak penting dalam sejarah Muhammadiyah adalah inisiatif pendiri, KHA Dahlan, untuk mengubah arah kiblat di Masjid Gedhe Kauman. Langkah ini merupakan bukti komitmen organisasi ini untuk menegakkan prinsip-prinsip Islam yang benar dalam tindakan sehari-hari.
Tak hanya dalam hal arah kiblat, Muhammadiyah juga telah menggunakan hisab hakiki wujudul hilal. Dalam wujudul hilal mensyaratkan tiga parameter yaitu: ijtimak sebelum gurub, bulan terbenam (moonset) setelah matahari terbenam (sunset), dan saat gurub hilal sudah wujud di atas ufuk. Penggunaan kriteria ini merupakan sebuah kemajuan di saat gerakan Islam lain masih berkutat pada rukyat.
Sebagai organisasi yang selalu berusaha untuk memajukan pemahaman Islam, Muhammadiyah telah mengambil langkah progresif berikutnya dalam bidang hisab. Mereka sedang merumuskan Kalender Hijriah Global Terpadu (KHGT).
KHGT adalah upaya nyata Muhammadiyah dalam mengatasi perbedaan dan konflik dalam penentuan waktu penting dalam Islam, seperti Idulfitri dan Iduladha. Kalender ini diharapkan akan membantu menciptakan persatuan dan ketertiban dalam menentukan waktu, serta mempromosikan pemahaman yang lebih mendalam tentang Islam di seluruh dunia.
Sejak lama, Muhammadiyah telah memahami pentingnya Kalender Hijriyah Global Tunggal (KHGT) dalam menyatukan komunitas Muslim di seluruh dunia. Perjalanan panjang menuju penyatuan kalender hijriyah internasional dimulai pada tahun 2007 melalui sebuah simposium internasional yang berjudul “The Effort Towards Unifying the Islamic International Calendar.”
Gagasan penyatuan kalender ini terus berkembang seiring berjalannya waktu. Muhammadiyah aktif melakukan kegiatan sosialisasi untuk memperkenalkan ide ini kepada masyarakat. Setahun setelah simposium internasional, pada tahun 2008, Muhammadiyah secara formal mendukung ide ini dalam Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar.
Isu Kalender Islam Global menjadi salah satu rekomendasi dalam poin “Muhammadiyah dan Isu-Isu Strategis Keumatan, Kebangsaan, dan Kemanusiaan Universal.” Pada saat itu, perhatian terhadap KHGT semakin meningkat, dan Muhammadiyah berkomitmen untuk mewujudkannya.
Pada Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Solo, isu KHGT kembali menjadi perhatian dalam poin “Risalah Islam Berkemajuan.” Muhammadiyah menyadari bahwa pencapaian Kalender Hijriyah Global Tunggal adalah agenda besar yang memerlukan upaya dan kerja keras dalam menghadapi berbagai rintangan.
Ternyata, Muhammadiyah bukan satu-satunya yang memperjuangkan KHGT. Pada tahun 2016, sebuah muktamar internasional di Turki dengan judul “Mu’tamar Tauhid at-Taqwim al-Hijry ad-Dauly” (Muktamar Penyatuan Kalender Hijriah Internasional) dihadiri oleh ratusan negara Muslim.
Hasil dari muktamar ini adalah kesepakatan untuk menggunakan kalender Islam tunggal-global. Setelah muktamar ini, Muhammadiyah terus mengkaji KHGT, mengadakan seminar dan diskusi guna merumuskan implementasi konsep ini.
Pada Juli 2023, di Universitas Muhammadiyah Malang, digelar Rapat Kerja Tingkat Pusat (Rakerpus) Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) dan Seminar Nasional yang dihadiri oleh seluruh unsur pimpinan MTT se-Indonesia. Dalam Rakerpus tersebut, Muhammadiyah sepakat untuk meluncurkan dan menggunakan Kalender Hijriyah Global Tunggal saat Majelis Tarjih berusia 100 tahun menurut tahun hijriah. Poin-poin rekomendasi dibuat dalam rangka efektivitas dan strategi implementasi, termasuk sosialisasi melalui ceramah, diskusi, seminar, dan pengkajian konsep KHGT.
Rekomendasi lain yang sangat penting adalah mengenai penggantian kriteria penentuan awal bulan hijriah yang akan bergeser menuju Kalender Hijriah Global Terpadu. Pergeseran ini diharapkan akan dimulai pada forum Musyawarah Nasional Tarjih yang dijadwalkan pada bulan Syakban 1445 atau Februari 2024.
Jika forum Munas Tarjih menyetujui perubahan ini dan setelah proses tanfidz selesai, Muhammadiyah akan mulai menggunakan Kalender Hijriah Global Terpadu pada bulan Ramadan berikutnya (1445). Dengan langkah ini, Muhammadiyah akan aktif berpartisipasi dalam mewujudkan Kalender Hijriyah Global Tunggal untuk kepentingan seluruh umat Islam.
Hits: 12
sumber berita ini dari muhammadiyah.or.id
muhammadiyah.or.id adalah website resmi persyarikatan Muhammadiyah. Dan dikelolah oleh PP Muhammadiyah
View all postsmuhammadiyah.or.id adalah website resmi persyarikatan Muhammadiyah. Dan dikelolah oleh PP Muhammadiyah
MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA—Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ahmad Dahlan Rais, menekankan pen...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA—Universitas Muhammadiyah Surakarta menjadi saksi berkumpulnya sekita...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) harus menjadi arus ut...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, KENDARI – Evangelis (Ev) Munfaridah dari Majelis Gereja Kebangunan Kalam Allah...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Manhaj Tarjih Muhammadiyah dirancang untuk menjaga relevansi dan ...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA — Dalam wawancara yang disiarkan pada Sabtu (24/08) di acara ROSI, Kom...
No comments yet.