Tema “Islam Berkemajuan” Sudah Didengungkan Sejak Dahulu Oleh KH Ahmad Dahlan

banner 468x60

BANDUNGMU.COM, Yogyakarta — Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syamsul Anwar mengungkapkan bahwa istilah “berkemajuan” bukan suatu hal yang baru di kalangan kelompok Muhammadiyah.

Menurut Syamsul, seperti dikutip dari laman resmi Muhammadiyah, istilah berkemajuan sudah ada sejak didirikannya Muhammadiyah oleh KH Ahmad Dahlan.

Ahmad Dahlan dalam sebuah pertemuan pengajaran di hadapan murid-murid perempuan dengan menggunakan bahasa Jawa menyatakan:

“Dadiyo kyai sing kemajuan lan aja kesel-kesel anggonmu nyambutgawe kanggo Muhammadiyah.” Artinya, jadilah kiai yang berkemajuan dan jangan lelah dalam bekerja untuk Muhammadiyah.

“Jadi, tema Islam berkemajuan itu sudah didengungkan oleh pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan. Kalau kita lihat, para penulis tentang gerakan Muhammadiyah menyebut Muhammadiyah itu sebagai gerakan kaum modernis,” tutur Syamsul dalam Pengajian Pimpinan dan Pejabat Struktural di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada Senin (15/05/2023).

Syamsul mengatakan bahwa zaman di mana KH Ahmad Dahlan hidup, umat Islam masih memegang teguh pola pendidikan tradisional.

Melihat fakta lapangan ini, timbullah ide untuk melakukan pembaruan. Meski gagasan pembaruannya sempat mendapat tantangan dari masyarakat waktu itu, KH Ahmad Dahlan dapat menanggapinya secara bijaksana.

Tidak heran apabila banyak kalangan menganggap bahwa apa yang dilakukan pendiri Muhammadiyah ini sebagai awal kebangkitan pendidikan Islam di Indonesia.

“Ia mendirikan satu bentuk pendidikan dengan mengadopsi pendidikan Eropa, tetapi tidak seratus persen. Ia mengolah kembali dengan memasukkan ajaran-ajaran Islam. Jadi, lahirlah sistem sekolah,” ujar Syamsul.

Selain pendidikan, Syamsul mengungkapkan bahwa sebagai pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan juga ingin mendirikan rumah sakit.

Tujuannya agar umat Islam tidak pergi ke tempat dukun ketika mengalami sakit. “Inilah gagasan-gagasan pembaruan itu,” tegas Syamsul.

Penjelasan Syamsul di atas dalam konteks ketika memberikan penerangan risalah Islam berkemajuan.

Sebagai salah satu produk utama yang dihasilkan dari Muktamar ke-48 di Solo pada 2022 lalu, risalah Islam berkemajuan merupakan rumusan yang menguatkan kembali pikiran dan gerakan yang dilahirkan oleh Muhammadiyah sejak periode awal.

Di dalam risalah Islam berkemajuan memuat lima karakteristik.

Berlandaskan pada tauhid (al-mabni ‘ala al-tauhid); bersumber pada Al-Quran dan Al-Sunnah (al-ruju’ ila Al-Qur’an wa Al-Sunnah); menghidupkan ijtihad dan tajdid (ihya’ al-ijtihad wa al-tajdid); mengembangkan wasathiyah (tanmiyat al-wasathiyah); dan mewujudkan rahmat bagi seluruh alam (tahqiq al-rahmah li al-‘alamin).

Sementara itu, dalam sambutannya Rektor UAD Muchlas menyampaikan bahwa adanya pemberian materi tentang risalah Islam berkemajuan harus dipahami dengan baik.

Pemahaman tersebut harus memiliki tanggung jawab terhadap diri sendiri ketika akan menyebarkan konsep Islam berkemajuan di masyarakat.

“Jadi, setelah paham, kita juga punya tugas untuk diri sendiri yang harus bertanggung jawab menyebarluaskan risalah Islam berkemajuan ini sampai kepada masyarakat,” jelasnya.***



sumber berita ini dari bandungmu.com

Author