Sunday, October 13, 2024
37.2 C
Gresik

Buka Pengajian Ramadan PWM Sumut, Haedar Dorong Implementasi Religiusitas Mencerahkan

Medan, InfoMu.co –  Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir secara daring membuka Pengajian Ramadan yang diselenggarakan oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sumatera Utara bersama Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Jumat (15/4).

Dalam kesempatan itu, Haedar mendorong pengembangan religiusitas (tadayun) Muhammadiyah yang mencerahkan bagi seluruh kader, anggota, pimpinan dan warga Muhammadiyah di Sumatera Utara.

Religiusitas sendiri diartikan Haedar bukan hanya sebagai ghirah beragama yang kuat, tetapi juga kesalihan pribadi yang secara aktual terpancar dalam kehidupan sosial lewat akhlak mulia dan kemanfaatan.

“Mengembangkan religiusitas mencerahkan di era disrupsi, tentu secara asasiyah kita mendasarkan diri pada pemikiran-pemikiran, nilai-nilai dan alam pikiran Islam yang menjadi rujukan Muhammadiyah sebagai manhaj sekaligus juga kerangka ideologis Muhammadiyah di dalam membangun, mengembangkan, mendakwahkan dan mentajdidkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sepanjang zaman,” tuturnya.

Di dalam Alquran, sikap tadayun atau keberagamaan yang ihsan dan mencerahkan misalnya ditampilkan lewat 9 ciri ‘Ibadurrahman (hamba Allah) di dalam Surat Al-Furqan Ayat ke-63 sampai 76.

“Kesalihan, religiusitas atau tadayun itu kita tempatkan ketika beragama itu bersifat esoterik, mendalam pada sesuatu yang bersifat hakiki, esensi, bersifat keruhanian yang berbeda dengan keberagamaan yang bersifat syariat. Religiusitas mendalam pada aspek hakikat, tapi juga punya cangkang, bingkai fondasi pada syariat sehingga keduanya tidak terpisahkan,” jelas Haedar.

Tantangan menumbuhkan religiusitas bagi warga Muhammadiyah, disebut Haedar sebagai ikhtiar penting agar Muhammadiyah tetap berada di lajur tradisinya, yaitu menghadirkan keagamaan yang substantif lewat amal sosial dan kontribusi bagi kemanusiaan semesta.

Selain itu, ikhtiar menumbuhkan religiusitas Kemuhammadiyahan dinilai Haedar menghindarkan Muhammadiyah dari religiusitas simbolik dan verbal yang mengacu pada identitas keberagamaan lahiriyah yang gegap gempita saja.

“Ini sekaligus bagus kita jadikan alat ukur untuk mendobrak kemapanan beragama kita yang serba verbal. Dengan cara ini, bukan kita keluar dari zona syariah, tapi justru mengisi syariah dan rukun verbal itu dengan keberagamaan yang mendalam sehingga terjadi koherensi-konsistensi antara syariat dan hakikat,” tegas Haedar. (afn/SM)

sumber berita dari infomu.co

Author

Hot this week

Topics

spot_img

Related Articles