Muhammadiyah • Feb 02 2023 • 25 Dilihat
MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANGKA BELITUNG—Cogito ergo sum adalah ungkapan dari bahasa Latin yang diutarakan oleh Rene Descartes, filsuf ternama Perancis yang artinya “Aku berpikir maka aku ada”. Ungkapan ini dimaksudkan untuk mengungkapkan tentang eksistensi manusia. Menurut Ketua PP Muhammadiyah Syamsul Anwar, konsepsi Islam tentang eksistensi tidak seperti itu, melainkan: “Aku bekerja, maka aku ada”.
Dalam Islam, bekerja merupakan gambaran dari eksistensi manusia. Hal ini berdasarkan QS. At Taubah ayat 105 yang berbunyi: “Bekerjalah kamu sekalian, maka Allah akan melihat pekerjaanmu”. Wujud nyata dari bekerja selain mendapat rezeki halal ialah pengakuan dari lingkungan atas prestasi yang telah dilakukan. Karena itulah, eksistensi seseorang ditentukan oleh seberapa banyak ia melakukan pekerjaan.
“Karena itu, setiap orang mesti membuat lapangan pekerjaan, agar dengan bekerja mereka dianggap eksis. Mereka yang tidak bekerja, akan dianggap seolah-olah tidak ada,” terang Syamsul Anwar dalam Khutbah Jumat pada Jumat (27/01) di Masjid Agung Bangka Selatan.
Syamsul menjelaskan bahwa bekerja dalam Islam disebut dengan amal. Sayangnya kosa kata amal dalam masyarakat umum lebih spesifik sebagai kata ganti dari sedekah dan infak. Padahal dalam bahasa Arab, amal itu memiliki cakupan yang sangat luas. Tidak sekadar memberi, amal juga dapat berarti profesi yang sedang dijalani seperti dokter, driver online, pengacara, karyawan swasta, dosen, guru, dan lain-lain.
Selain profesi, amal juga dapat berarti berbuat baik secara sukarela. Syamsul mencontohkan para pimpinan Muhammadiyah dari ranting hingga pusat. Mereka tidak mendapatkan imbalan atas apa yang mereka kerjakan, namun dapat disebut sebagai amal. Sebab mereka bergerak untuk memajukan persyarikatan sebagai payung besar yang menawarkan kemaslahatan sosial.
Memproduksi karya juga dapat disebut sebagai amal. Memproduksi karya baik di bidang seni maupun yang lainnya merupakan bagian dari amal. Karya merupakan hasil pekerjaan yang akan menjadi penanda eksistensi. Misalnya para arsitektur yang merancang bangunan masjid, para pelukis andal, atau para penulis buku.
Bekerja merupakan penanda eksistensi manusia. Entah itu yang bersifat profesi, kerelawanan, atau membuat karya. Islam sangat menganjurkan umatnya untuk terus bergerak dan tidak dianjurkan untuk diam stagnan. Namun, kata Syamsul, bekerja tidak sekadar bekerja sebab Allah selalu mengawasi apa yang dikerjakan manusia.
“Allah akan selalu mengawasi apa yang kita kerjakan. Karena itu, dalam bekerja baiknya kita selalu berharap akan lindungan Allah agar tidak masuk dalam perkara-perkara yang dilarang dalam agama,” ucap Guru Besar Hukum Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga ini.
Hits: 1
sumber berita ini dari muhammadiyah.or.id
muhammadiyah.or.id adalah website resmi persyarikatan Muhammadiyah. Dan dikelolah oleh PP Muhammadiyah
View all postsmuhammadiyah.or.id adalah website resmi persyarikatan Muhammadiyah. Dan dikelolah oleh PP Muhammadiyah
MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA—Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ahmad Dahlan Rais, menekankan pen...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURAKARTA—Universitas Muhammadiyah Surakarta menjadi saksi berkumpulnya sekita...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) harus menjadi arus ut...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, KENDARI – Evangelis (Ev) Munfaridah dari Majelis Gereja Kebangunan Kalam Allah...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Manhaj Tarjih Muhammadiyah dirancang untuk menjaga relevansi dan ...
MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA — Dalam wawancara yang disiarkan pada Sabtu (24/08) di acara ROSI, Kom...
No comments yet.